Latest News

Thursday, 28 June 2012

Glory of God

Awal tahun 2012 yang lalu saya pernah mendengar pesan dari Pak Niko bahwa tahun ini Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya lebih dahsyat lagi. Bersamaan dengan itu akan terekspos perilaku yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dosa di dalam diri hamba-hamba Tuhan yang tidak kudus akan diungkapkan di muka umum. Jika pada masa yang lalu, dosa bisa ditutup-tutupi, maka pada tahun ini, Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya dan membongkar dosa yang ada di gereja-Nya.

Kemarin saya mendengar kisah ditangkapnya hamba Tuhan terkenal dari Singapura bersama beberapa pimpinan gereja karena soal dana USD 26 juta. Meskipun kisah ini belum jelas apakah ada penggelapan dana oleh hamba Tuhan yang konon dipakai untuk istrinya yang artis, kita sangat prihatin.

Marilah kita lebih sungguh lagi mengikut Tuhan, taat pada firman-Nya, dan selalu dekat Tuhan dengan menjalankan hidup kudus, rendah hati, takut akan Dia.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Monday, 25 June 2012

Makin Kaya Karena Kecelakaan

Chad Mureta adalah seorang pebisnis real estate yang super sibuk. Sebuah kecelakaan mobil memaksanya harus beralih profesi, menjadi pebisnis aplikasi mobile yang ternyata bisa mengantarnya menjadi miliuner sekaligus pemilik "kerajaan aplikasi."

Pada suatu hari di Januari 2009, Mureta pergi menonton pertandingan bola basket NBA di kota Charlotte, Amerika Serikat. Ia menyetir mobil sendiri menuju lokasi. Senang bisa melihat klub basket favoritnya berlaga, Mureta pulang dengan hati riang. Ia pacu mobil dengan kecepatan tinggi di malam hari.

Dari kejauhan Mureta tak melihat seekor rusa melintasi jalan raya. Ketika sudah mendekat, barulah ia tersadar. Namun naas, ia tak bisa menghindari rusa itu. Mobilnya menghantam median jalan dan berguling sebanyak empat kali.

"Setelah mobil berhenti berguling, saya melihat tangan saya sudah penuh dengan darah. Yang saya ingat selanjutnya adalah suara sirene, lalu saya ditarik keluar dari mobil," kenang Mureta.

Lengan kirinya mengalami patah tulang, dan hampir putus. Alhasil, dua operasi besar harus dijalani. Mureta harus dirawat selama 6 pekan, dan masa pemulihan 18 bulan. Tagihan biaya rumah sakit Mureta jumlahnya mencapai 115.000 dollar AS atau sekitar Rp 1 miliar.

Karena sakitnya ini, Mureta melewatkan segala janji terkait bisnis real estate-nya. Perusahaan yang ia dirikan pada 2006 itu seakan terlantar dan banyak proyek yang gagal. Ia merasa masa depan bisnisnya tidak akan secemerlang dulu. Mureta hampir bunuh diri karena hal ini. "Ini adalah titik terendah dalam hidup saya."

Ditambah lagi, tangan kirinya tak bisa lagi bekerja dengan baik, bahkan sulit untuk dipakai mengetik di atas keyboard.

"Saya harus mengubah hidup saya," Mureta bertekad.

Rencana untuk beralih bisnis sebenarnya telah terpikirkan ketika ia dalam perjalanan menonton pertandingan NBA. Meski telah menghabiskan banyak waktu dan uang untuk bisnisnya, namun hatinya mengatakan ia harus berpindah ke bisnis yang lain, tapi tidak tahu akan bergerak di bidang apa.

Nasib mujur Mureta datang dari hal yang tidak ia kuasai: teknologi. Seorang teman yang menjenguknya di rumah sakit, memperlihatkan sebuah artikel teknologi di koran tentang bagaimana aplikasi mobile dapat menghasilkan uang.

Mureta sama sekali tidak punya pengalaman di bidang teknologi, namun ia punya inspirasi untuk membuat sebuah aplikasi. Inspirasinya diperkuat melalui pengalaman baru yang ia dapat di iPhone 3G, smartphone besutan Apple yang ia beli sebelum kecelakaan.

Ketika sudah keluar dari rumah sakit, Mureta memberanikan diri meminjam uang sebesar 1.800 dollar AS dari ayah tirinya. Uang tersebut akan digunakan untuk membangun aplikasi yang kelak berjalan di sistem operasi mobile iOS.

Aplikasi pertamanya adalah Fingerprint Security Pro, yang berhasil menjadi aplikasi terlaris di toko aplikasi online Apple App Store. Pengembangan aplikasi ini ia lakukan dengan sistem outsourching, bekerjasama dengan salah satu perusahaan yang dipercaya untuk menyusun kode dan mendesain.

"Saya bertemu mereka secara pribadi, lalu menggambarkan ide saya. Saya percaya bahwa saya memiliki tekad dan kekuatan untuk bisa melakukannya, dan ternyata berhasil," ujar Mureta.

Sarjana Manajemen Bisnis di Coastal Carolina University ini kemudian mendirikan usaha rintisan digital (startup) App Empire pada 2009, yang mengembangkan Fingerprint Security Pro. Aplikasi ini dibanderol dengan harga 0,99 dollar AS dan mampu mendatangkan keuntungan lebih dari 700 ribu dollar AS atau sekitar Rp 6,3 miliar.

Kini, startup "Kerajaan Aplikasi" ini diasuh oleh 5 karyawan. Mureta melebarkan sayap bisnisnya dengan membangun 3 startup lain. Jumlah aplikasi yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaannya ada sekitar 55 aplikasi dan telah meraih 50 juta unduhan.

Untuk pertama kalinya, Mureta mengenang, ada uang yang masuk ke rekeningnya, bahkan ketika ia tidak bekerja. Uang ini adalah hasil pembayaran para pengguna smartphone yang membeli aplikasi buatan perusahaan Mureta.

Di sinilah pria berusia 31 tahun ini merasa seperti memiliki kehidupan. Bisa berlibur dan tak perlu bekerja 18 jam per hari, tujuh hari dalam sepekan, seperti kala ia masih jadi pebisnis real estate. Seorang yang tidak punya pengalaman teknologi, bisa menjadi orang kaya baru berkat teknologi. "Biarkan teknologi yang bekerja untuk Anda," tutup Mureta. (*/Kompas.com)

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Wednesday, 20 June 2012

Dealing with Insult

Bagaimana Mengatasi Penghinaan
Seorang bijak menerangkan bagaimana mengatasi penghinaan dan memelihara belas kasihan.
Pada suatu hari seorang bijak sedang berjalan melalui sebuah desa. Seorang anak muda yang kasar dan berangasan datang dan mulai menghina dia. "Engkau tidak punya hak untuk mengajar orang lain," teriaknya. "Engkau tolol seperti orang lain. Engkau pembohong!"
Orang bijak itu tidak marah karena penghinaan itu. Sebagai tanggapannya ia bertanya kepada anak muda itu, "Katakan kepada saya, apabila engkau membeli kado untuk seseorang, dan orang itu tidak mau menerimanya, kado itu milik siapa?"
Anak muda itu heran mendengar pertanyaan itu dan menjawab, "Tentu saja kado itu masih milik saya, karena sayalah yang membelinya."

Orang bijak itu tersenyum dan berkata, "Tepat sekali. Begitu juga dengan kemarahanmu. Jika engkau marah kepada saya dan saya tidak terhina, maka kemarahan itu kembali kepadamu. Engkaulah orang yang tidak berbahagia, bukan saya. Apa yang telah engkau lakukan hanya menyakitkan dirimu sendiri."

********
DEALING with INSULT? 
A wise man explained how to handle insult and maintain compassion.
One day a wise man was walking through a village. A very angry and rude young man came up and began insulting him. "You have no right teaching others," he shouted. "You are as stupid as everyone else. You are nothing but a fake."
 
The wise man was not upset by these insults. Instead he asked the young man "Tell me, if you buy a gift for someone, and that person does not take it, to whom does the gift belong?"

The man was surprised to be asked such a strange question and answered, "It would belong to me, because I bought the gift."

The wise man smiled and said, "That is correct. And it is exactly the same with your anger. If you become angry with me and I do not get insulted, then the anger falls back on you. You are then the only one who becomes unhappy, not me. All you have done is hurt yourself."

"If you want to stop hurting yourself, you must get rid of your anger and become loving instead. When you hate others, you yourself become unhappy. But when you love others, everyone is happy......"

---
   
Beautiful Quote on Anger

If you are right then there is no need to get angry
And if you are wrong then you don't have any right to get angry.
Patience with family is love, 
Patience with others is respect, 
Patience with self is confidence
Never think hard about PAST, It brings tears...
Don't think more about FUTURE, It brings fears...
Live this Moment with a Smile, It brings cheers !!!
Every test in our life makes us bitter or better, 
Every problem comes to make us or break us, 
Choice is ours whether we become victim or victorious !!! 
Search a beautiful heart not a beautiful face.
Beautiful things are not always good but good things are always beautiful


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Heaven Is For Real

Inilah kisah seorang anak laki-laki, Colton Burpo, waktu itu berumur 4 tahun, hampir meninggal karena usus buntu yang gagal diketahui lebih dini. Waktu di meja operasi dalam keadaan tidak sadar, ia dibawa ke sorga.

Di sana ia bertemu dengan Tuhan Yesus yang digambarkan: rambut coklat, mata indah, berjanggut rapi, memakai jubah putih, kain ikat pinggang (sash) warna ungu, ada tanda bekas lubang paku berwarna merah di telapak tangan kiri dan kanan dan di kaki, dengan mahkota indah di kepala. Dia juga bertemu dengan kakak perempuannya yang meninggal karena waktu ibunya keguguran. Colton juga diperkenalkan dengan saudara sepupu-Nya yang membaptis Tuhan Yesus (Yohanes Pembaptis).

Colton menyatakan bahwa menerbitkan buku bukanlah niatnya, dan ketika dia berdoa kepada Tuhan, "Jika Engkau menghendaki saya menerbitkan buku tentang pengalaman ke sorga ini, suruhlah penerbitnya datang ke sini." Dan itulah yang terjadi. Buku Colton sudah terjual lebih dari 1,2 juta dan menjadi best seller di New York Times.

Sekarang umur Colton sudah sebelas tahun. Ia menulis buku bersama ayahnya Todd Burpo, dan buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

******* 

'I met great granddad...and he had wings': Boy who 'went to heaven' is now best selling author

By Daily Mail Reporter


A boy who almost died from a ruptured appendix has spoken about his moving experience on TV, saying he met his great grandfather in heaven.

The extraordinary claims by Colton Burpo, come after he was misdiagnosed in 2002 with flu while his family, from Imperial, Nebraska, were on a trip to Colorado. By the time they returned home, the then 4-year-old was seriously ill and had to undergo emergency surgery twice.

As he lay on the operating table, Colton, now 11, says he went to heaven. A book of his 'experience' has since become a New York Times Best Seller.
Scroll down for video
Trip: Colton Burpo says he went to heaven during an operation where he met Jesus, John the Baptist and his great grandfather, before returning to his family
Trip: Colton Burpo says he went to heaven during an operation where he met Jesus, John the Baptist and his great grandfather, before returning to his family


Speaking to MSNBC, little Colton recounted how on his trip to heaven he met Jesus, a miscarried sister and his  great grandfather.

He said: 'A few angels they came, picked me up and I was looking at Jesus.
'I was just sitting by the holy spirit and this guy comes up and says, 'are you Tod's son',  so I said yes and he said,  'well I'm his grandfather'.'

'He was very big with huge wings, he had curly hair, big smile and was really nice.'
The little boy said he didn't recognise 'Pop'- the family's nick name for their great grand father - from a picture taken shortly before his death, but from one of him as a young man.
heaven is for real
The Burpos have written a book about their son's experience and Colton, now aged 11, continues to share his stories of his visit to Heaven

Colton also described meeting John the Baptist, though without understanding who he was, having not yet learned about him in Sunday school.

He even recalled being introduced to Christ�s cousin and Jesus told him that his cousin had baptised him.
The Burpos have written a book about the experience and Colton, now aged 11, continues to share his stories of Heaven.

For weeks the book has topped the New York Times Best Sellers list, shifting 1.2 million copies so far.
There are now plans to have it translated into 13 other languages.
While Colton was in the operating theatre having his appendix out, his parents Todd and Sonya prayed, believing they were going to lose their son.

However, Colton soon recovered and then told his astonished parents that he had met the sister his mother had miscarried a year before his own birth.

What made this even more remarkable was his parents had never spoken to him about her.
His 41-year-old father Tod said: 'When he told about us about his sister in heaven, it was another one of those holy cow moments, he can't make this up.
'[I thought] Wow I have a daughter waiting for me, a lot of people need that hope and healing too.'
Family: Colton thought he only had one sister when he went under the surgeon's knife but met another that his mother miscarried
Family: Colton (right) with his parents and siblings. The youngster thought he only had one sister when he went under the surgeon's knife but says he met another that his mother miscarried

Colton also described to his astonished parents how he had seen them praying for him.
Tod added: 'At first we were surprised, what grabbed my attention was that he could tell me where I was praying - my own wife couldn't tell me that.'

In an earlier interview, Colton said that his visions became more vivid as time passed.
Speaking last month about the sister he never knew he had, he said: 'She looked familiar and she started giving me hugs and told me she was glad to have someone from her family up there.
'She doesn't have a name though, she said they never gave her one. But she can't wait for her mom and dad to come to Heaven to meet her.'

He went on to  recount heaven in more detail, saying: 'I remember Jesus, there's streets of gold and a lot of colours. I sat on Jesus' lap and then I just felt safe. God, he is the biggest one in Heaven, he can hold the world in his hands.'

He even claims he saw a glimpse of Armageddon.
When asked the age-old question about what Heaven is like, Colton had a very specific description: 'Well, it�s all the colours of the rainbow, a place of beautiful shades and hues.
'The gates were made of gold and there were pearls on them. It never gets dark. It�s always bright.
'Everyone has wings and can fly except for Jesus, who hovers up and down. Everyone wears a white robe crossed by a sash of different colours and they have lights above their heads.'
Colton Burpo: Claims he sat on Jesus' lap and saw his dead sister when he was three
Colton Burpo: The youngster from Nebraska says he sat on Jesus' lap and saw his dead sister when he was four
Book: The family has now published a book about Colton's experience
The child also claimed that he saw his great-grandfather who had died more than 30 years before. However, he didn't recognise him from a picture taken shortly before his death but from one of him as a young man

Mr Burpo is a garage-door salesman who volunteers as a school wrestling coach and local fireman.
He is also pastor of the Crossroads Wesleyan Church in Imperial and many wonder how much their religious home life may have influenced his son.

His schoolteacher wife Sonja, initially had their doubts about their son�s vivid post-operative recollections but her husband insists: 'I am convinced he was in Heaven.'

Colton is like any other 11-year-old, he likes music, wrestles and prays to the god he describes as being able to hold the world in his hands.

Speaking at an earlier interview, Colton said publishing the book was not something he intended to do, but he said he again turned to God for an answer.

He prayed: 'God, if this is really you. I don't know how to publish a book. If you want me to do this you will have the publishing industry come to me.'

And they did. So far half a million books have been printed.
Book stores across the country are trying to get more copies. They are on e-book readers, audio tape and there is even talk of a movie.


Mr Burpo said: 'I don't know why He picked us. God did a remarkable miracle for us.'

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Tuesday, 19 June 2012

Bullying

Seorang gadis remaja usia 14 tahun ditemukan ayahnya, David, dalam keadaan tak sadar setelah menggantung diri di kamar tidurnya. Jade Stringer, rupanya tidak tahan dengan ledekan teman-teman yang iri akan kecantikan wajahnya.  Selain itu, diduga gadis itu jengkel terhadap ayahnya karena ia dilarang menggunakan handphone yang meningkat biaya pulsanya.

Gadis ABG ini sempat dirawat selama enam hari di RS dengan bantuan mesin penopang kehidupan, namun akhirnya dia meninggal. Ini pelajaran penting tentang perlunya komunikasi antara anak dan orang tua. Jika anak mendapat "bullying" di sekolah, harus ada jalan keluar, sehingga tidak fatal akibatnya. Sayang sekali, gadis cantik menarik justru meninggal karena kecantikannya.

****

Schoolgirl, 14, 'bullied for being pretty' found hanged in her bedroom

  • Jade Stringer was discovered in bedroom by her father
  • Friends make claims about bullying on tribute pages


By Matt Blake and Jaya Narain
|

Facebook portrait of Jade Stringer, 14, from Bury, Greater Manchester, who was found hanged in her bedroom by her father David
Facebook portrait of Jade Stringer, 14, from Manchester, who was found hanged by her father David
A schoolgirl who was found hanged in her bedroom may have been driven to kill herself by bullies jealous of her popularity and good looks, it emerged yesterday.
Jade Stringer, 14, died six days after she was found unconscious by her father, David.

Friends say the teenager, who was well-liked and attractive, had endured a campaign of bullying over the past few months.

It is understood she may also have been upset at having her mobile phone confiscated by her family because they felt she was using it too much.

She was rushed to Fairfield General Hospital on June 10 where she died after almost a week on life support.

Friends of the teenager, who attended Haslingden High School, in nearby Rossendale, Lancashire, claimed she�d been bullied.

Tributes to Jade left on Twitter and Facebook said she had been a victim of bullying.
One pupil wrote: 'She was being bullied by numerous people.'

Chelsea Lazaruik added: 'R.I.P jade stringer you didn�t deserve to die the way you did bullying is horrible your was gorgeous in everyway.. Sleep tight xxx.'
'Gorgeous in every way': Jade Stringer died on Saturday six days after being discovered unconscious in her bedroom by her father
'Gorgeous in every way': Jade Stringer died on Saturday six days after being discovered unconscious in her bedroom by her father
Vanessa Nuttall said: 'Why anyone feels the need to bully someone so much is absolutely disgusting.'
It has also been reported she had clashed with her father after her mobile phone was taken off her.
Police said they were not treating her death as suspicious but were 'reviewing the circumstances' leading up to the incident.
Popular: Friends of the teenager (far right) claimed she had been bullied
Popular: Friends of the teenager (far right) claimed she had been bullied
Jade, who has a brother Jack, 13, was discovered in the attic bedroom of the home in Bury by her father nine days ago.
She was put on a life-support machine at Fairfield General Hospital in Bury where she died on Saturday afternoon.

A Greater Manchester Police spokesman said: 'Shortly after 3.35pm on Sunday, 10 June, police were called by paramedics to attend a house in Bolton Road in Hawkshaw, Edenfield, following a report a 14-year-old girl had been found unconscious.

'The incident is not being treated as suspicious and we are not searching for anybody else in relation to the incident.

'However, police are reviewing the circumstances leading up to this incident.'
The latest Ofsted report found Haslingden High to be an �outstanding school�.
The report added: �Surveys of students� and parents� opinions continue to support the view that �the control of bullying� is one of the school�s strongest features.�

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Saturday, 16 June 2012

Just the Way You Are

Terimalah pasangan kita apa adanya

Terimalah pasangan kamu apa adanya ???dengan segala kekurangan dan kelebihannya karena kita bukan mencari ??orang yang sempurna tetapi bagaimana mencintai pasangan kita dengan cara yang sempurna ??dalam situasi & kondisi apapun. Itulah "cinta yang sempurna".
Saya membayangkan alangkah beruntungnya para wanita yang memiliki suami seperti sang suami dalam kisah mengharukan ini dan saya belajar untuk menjadi seperti sang suami dalam kisah ini kelak setelah saya menikahi tunangan saya.

Kiranya kisah mengharukan yang saya bagikan ini menjadi bahan perenungan baik bagi para pasangan suami istri maupun para pasangan muda-mudi yang saat ini berpacaran agar kita memiliki cinta sempurna dalam pernikahan kita seperti pasangan suami istri tersebut.

Mari kita simak kisah mengharukan di bawah ini:

Ada sepasang suami isteri, d�mana sang istri adalah wanita yang sangat amat cantik dan tanpa noda sedikitpun. Sang suami mencintai isterinya dan begitu juga sebaliknya.
Dari tahun ke tahun mereka menjalani pernikahan mereka hingga suatu hari merebak wabah penyakit kulit yang mengakibatkan rusaknya keindahan kulit dan sang isteri merasa dirinya tertular wabah tersebut yang mengakibatkan wajahnya mulai hancur. Saat itu, sang suami sedang berada di luar untuk bekerja dan belum mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit kulit tersebut.

Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia menjadi buta.

??

Dari hari ke hari sang isteri yang pada mulanya cantik seperti bidadari berubah menjadi wanita yang amat jelek dan menyeramkan, namun sang suami tidak bisa melihatnya dan kehidupan mereka berjalan seperti biasa dengan penuh kasih sayang dan cinta seperti awal mereka menikah.

Empat puluh tahun kemudian, sang isteri meninggal dan sang suami sangat amat sedih dan merasa kehilangan. Di pemakaman sang suami adalah orang terakhir yang keluar dari komplek kuburan sang isteri.

Ketika berjalan, datanglah seseorang menyapa, "Pak, Bapak mau kemana?" Jawab sang suami, "Saya mau pulang."

?endengar jawaban tersebut, orang tersebut sedih melihat keadaan sang suami yang buta dan sendiri. Lalu orang tersebut berkata,"Bukankah Bapak buta dan selalu bergandengan dengan isteri Bapak? Gimana sekarang Bapak mau pulang sendiri?"

Jawab sang suami, "Sebenarnya saya tidak buta, selama 40 tahun saya hanya berpura-pura buta agar isteri saya tidak rendah diri kalau saya mengetahui bahwa dia sakit dan wajahnya berubah menjadi menakutkan."

Ingatlah, kita bukan mencari ??orang yang sempurna tetapi bagaimana mencintai pasangan kita dengan cara yang sempurna ??dalam situasi & kondisi apapun, karena itulah "cinta yang sempurna"


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Friday, 15 June 2012

Lulus SMA di Usia 97


Umumnya pelajar lulus sekolah menengah atas (SMA) di usia 17 tahun, tapi uniknya seorang nenek asal Amerika Serikat baru mendapatkan ijazahnya di usia yang tidak lagi yaitu 97 tahun. Tidak malu ataupun merasa rendah hati, justru nenek bernama lengkap Ann Colagiovanni merasa beruntung dan terharu akhirnya bisa mendapatkan tanda kelulusan kehormatan dari SMA Shaker, Ohio.

Seperti dilansir Dailymail (8/6), nenek yang memiliki belasan cucu ini sempat putus sekolah di tahun 1930an, hal itu terpaksa karena ia harus berkerja membantu ayahnya berjualan daging. "Dia melakukan keinginan ayahnya, walaupun dia ingin sekali lulus. Dia lebih mementingkan ayah dan keluarganya ketimbang diri sendiri," kata Emilia Colagiovanni Vinci, salah satu dari dua putri nenek berkursi roda tersebut.

Ijazah yang dikeluarkan SMA Shaker tertanggal Juni 1934, perkiraan hari kelulusan Colagiovanni. Vinci mengatakan bahwa menerima ijazah SMA adalah impian terbesar ibunya. "Ketika saya beritahu bahwa dia akan terima ijazah, dia menangis terharu, seakan bebannya telah terangkat," kata Vinci.

Kebahagiaan Colagiovanni tak dapat disembunyikan saat mengenakan toga putih lengkap dengan topi kelulusan. Ia bangga dan mengatakan ayahnya pasti akan sanggat bangga karena akhirnya bisa melihatnya mengenakan toga dan lulus SMA. �Namaku ada di sini. Dia pasti akan sangat senang jika tahu saya akhirnya lulus,� katanya terharu.

Penyerahan ijazah dilakukan di sebuah ruang kelas, selang sehari sebelum wisuda sebenarnya digelar. Walaupun Colagiovanni tidak turut sebagai peserta wisuda yang asli, namun dia mengaku cukup bangga akan melihat cucunya, Thomas Vinci, yang lulus hari itu.

Sumber: www.KabariNews.com/?38219


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Thursday, 14 June 2012

Penyesalan - Regret


Cintailah pasanganmu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kamu akan belajar menyenangkan hatinya dan menerima kekurangannya, kamu pun akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.

Dalam artikel ini saya ingin membagikan sebuah kisah seorang wanita bernama Nia yang menikahi seorang pria bernama Samuel karena dipaksa kedua orangtua Nia dan baru bisa mencintai suaminya justru setelah kematian sang suami. Meskipun latar belakang kisah tersebut adalah keluarga non Kristen, namun kita dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut sehingga kebodohan serupa tidak terjadi dalam keluarga kita dan kita akan mencintai pasangan kita dan apa yang dia miliki selama dia hidup.

"Aku membencinya," bisikku dalam batinku yang selalu ada di hampir sepanjang waktu kebersamaan kami. Meskipun aku menikahi suamiku tersebut, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Aku membenci suamiku, karena menikah atas dasar paksaan orangtuaku.

Meski demikian, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Setiap hari aku melayaninya sebagaimana kewajiban sang istri, meskipun aku sangat-sangat dan sangat membenci dia. Aku terpaksa melakukan semuanya itu karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali dalam benakku muncul keinginan untuk meninggalkan suamiku itu tapi aku tak punya kemampuan finansial dan tidak mungkin bagiku untuk meminta dukungan finansial lagi dari kedua orangtuaku. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku, karena menurut mereka suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri tunggal mereka.


Ketika menikah, aku menjadi istri yang sangat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku dan suamiku pun memanjakanku sedemikian rupa. Sebenarnya aku tidak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya, karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya dilakukan sebagai bentuk balas budi kepada suamiku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya dan tugas suamiku ialah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, aku menjadi ratu dan tak ada seorangpun yang berani melawan, termasuk suamiku. Jika ada masalah sekecil apapun, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka saat dia meletakkan handuknya yang basah di tempat tidur; aku sebal melihat suamiku meletakkan sendok  yang dipakai untuk mengaduk susu dan meninggalkan bekas lengket di atas meja; aku benci ketika suamiku memakai komputerku, meski hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya; aku marah ketika suamiku menggantung bajunya di kapstock bajuku; aku marah ketika suamiku memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi; aku marah saat suamiku menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Awalnya aku memilih untuk tidak punya anak, karena meskipun aku tidak bekerja, tapi aku tidak mau direpotkan dengan mengurus anak. Suamiku mendukung dan akupun meminum pil KB, tapi suamiku rupanya menyembunyikan keinginannya begitu dalam hingga suatu hari aku lupa minum pil KB dan suamiku membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan. Aku pergi ke dokter kandungan untuk menggugurkan kandunganku, namun ditolak dengan alasan dokter kandungan tersebut tidak boleh melanggar sumpah jabatan.

Dan sejak aku dinyatakan hamil, kemarahanku kepada suamiku semakin besar, terlebih lagi saat aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksa suamiku untuk melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi dan ia melaksanakan keinginanku tersebut karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu pun berlalu hingga hari ulangtahun kedua anakku yang ke-delapan. Aku terbiasa bangun paling akhir dan suami serta kedua anakku sudah menunggu di meja makan. Seperti biasa, suamiku menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, suamiku mengingatkan kalau hari itu adalah hari ulang tahun ibuku dan aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, dimana saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Sejujurnya, saat-saat itu aku membenci kedua orangtuaku karena merasa dijebak dengan pernikahanku itersebut.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak, tetapi hari itu suamiku juga memelukku sehingga kedua anakku menggoda papanya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya, namun akhirnya aku ikut tersenyum bersama kedua anakku dan suamiku kembali mencium pipiku hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon yang menjadi hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian dan bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami dan ketika tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, betapa terkejutnya aku ketika menyadari dompetku tertinggal di rumah. Aku menelepon untuk menanyakan suamiku sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan dan suamiku menjawab dengan lembut,�Maaf Sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.�

Aku mememarahi suamiku dengan kasar, lalu kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. �Apalagi?�

�Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?� tanya suamiku cepat karena kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salon tempat aku berada saat itu dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya salon yang juga sahabat baikku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi, tapi rasa malu karena 'musuh' ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit demi menit dan jam demi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon, padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa jengkel dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba dan terdengar suara asing menjawab di handphone suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing yang ternyata seorang polisi memperkenalkan diri, "Selamat siang, Bu. Apakah Ibu istri dari bapak Samuel?" Lalu kujawab, "Iya benar, ada apa ya Pak?" Polisi tersebut memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung dan tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang. Beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap sambil menanyakan keadaanku, karena melihat wajahku yang pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit dan entah bagaimana juga seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat dan tidak tahu harus melakukan apa karena selama ini suamiku yang melakukan segalanya untukku. Setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib, seorang dokter keluar dan menyampaikan berita bahwa suamiku telah tiada dan penyebabnya bukan karena kecelakaan itu sendiri, namun karenaserangan stroke. Selesai mendengar pernyataan dokter tersebut, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock dan aku sama sekali tidak meneteskan airmata sedikitpun. Aku bahkan memeluk kedua anakku dengan erat, tetapi kesedihan mereka sama sekali tidak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah suamiku dan saat itu baru kusadari bahwa suamiku tertidur pulas dan tak bergerak sama sekali, lalu kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak karena teringat apa yang telah suamiku berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami, lalu kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Tak terasa airmata merebak dimataku dan mengaburkan pandanganku. Aku tersadar dan berusaha mengusap airmataku agar tidak menghalangi tatapan terakhirku padanya, karena saat itu aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Namun airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku, bahkan peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, namun dadaku sesak karena mengingat apa yang telah kuperbuat pada suamiku saat terakhir kali kami berbicara lewat handphone.

Saat itu aku teringat betapa aku tidak pernah memperhatikan kesehatan suamiku dan aku hampir tidak pernah mengatur pola makannya, padahal suamiku selalu mengatur apa yang kumakan. Bahkan suami memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika aku mengandung dan setelah aku melahirkan. Suamiku juga tidak pernah absen mengingatkanku untuk makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tidak pernah tahu apa yang suamiku makan karena aku tak pernah menanyakannya, bahkan aku tidak tahu apa yang suamiku sukai dan tidak disukai, padahal hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu suamiku mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tidak pernah memasakkan makanan untuknya dan hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tidak peduli suamiku sudah makan atau belum ketika dia pulang kerja. Suamiku hanya bisa makan sisa masakanku. Suamiku seringkali pulang larut malam setiap hari, karena harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kantor ke rumah dan aku pun tidak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya, karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tidak mampu menahan kesedihanku lagi dan akhirnya aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun tubuhnya. Aku tak sadarkan diri sampai akhirnya aku terbangun di tempat tidur besarku. Saat itu penyesalan yang begitu besar memenuhi rongga dadaku, karena aku menyadari betapa kejamnya aku memperlakukan suamiku selama ini, bahkan keluarga besarku tidak berhasil membujukku untuk makan, karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan yang aku dapatkan seperti yang selama ini kuinginkan, tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersama suamiku. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong dan kedua orangtuaku serta ibu mertuaku membujukku makan, tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku untuk makan kalau aku sedang ngambek waktu itu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, seperti biasa aku berteriak memanggil suamiku, namun ketika ibuku datang dan membawakan handuk untukku, aku berjongkok sambil menangis di dalam kamar mandi karena teringat saat-saat dimana suamiku selalu membawakan handukku. Bahkan kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah membuat teman kerjanya kebingungan saat mereka menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal ketika mendengar suara dengkuran suamiku saat tidur, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengar dengkurannya kembali. Dulu aku begitu kesal karena suamiku sering membuat kamar tidur kami berantakan, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika suamiku melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out terlebih dahulu, namun sekarang aku sering memandang komputer dan mengusap tuts-tutsnya sambil berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka kebiasaannya membuat kopi tanpa alas piring di meja, namun sekarang bekas-bekas kopi yang tersisa di meja waktu sarapan pagi terakhir pun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan tersebut aku lakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku pun mulai mencintai suamiku.

Aku juga marah pada diriku sendiri, karena semua kelihatan normal meskipun suamiku sudah tidak ada lagi untuk selamanya. Aku marah karena baju-baju suamiku masih ada di tempat tidur kami dan meninggalkan bau tubuhnya yang membuatku merindukan dirinya. Aku marah karena tidak bisa menghentikan semua penyesalanku, bahkan aku marah karena tidak ada lagi yang membujukku agar tenang dan tidak ada lagi yang mengingatkanku untuk sholat meskipun kini aku melakukannya dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf pada Allah karena telah menyia-nyiakan suami yang telah dianugerahkan padaku dan juga meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik kepada suami yang begitu sempurna. Sholat lah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit dan cinta Allah padaku ditunjukkan lewat banyak perhatian yang begitu banyak dari keluarga besarku untukku dan anak-anak, namun teman-temanku yang selama ini kubela hampir tidak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan, karena ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi dan kembali membuatku bingung, karena selama ini aku tidak pernah bekerja dan semuanya dilakukan suamiku. Selama ini aku tidak pernah peduli berapa besar penghasilan suamiku dan yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk keperluan pribadi, namun setiap bulan uang tersebut hampir tak pernah tersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya dan ketika melihatnya aku terdiam karena tidak menyangka seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini ,padahal aku tidak pernah sedikitpun menggunakannya untuk keperluan rumah tangga. Aku bahkan tidak pernah mengetahui darimana suamiku memperoleh uang sampingan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tidak pernah sekalipun bertanya mengenai hal itu. Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau kedua anakku tidak bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya tidak akkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi aku tidak tahu harus bekerja di mana, karena aku hampir tidak pernah punya pengalaman bekerja sama sekali dan semuanya selalu diatur oleh suamiku.

Namun kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian, ketika ayahku datang bersama seorang notaris membawa banyak sekali dokumen, lalu notaris tersebut memberikan sebuah surat pernyataan suamiku yang menyatakan bahwa suamiku mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan kedua anakku beserta ibunya dan yang membuatku tidak lagi mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku:

Istriku Nia tersayang,

Maafkan aku karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, Sayang. Maafkan aku karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maafkan aku karena tidak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya bisa, aku ingin mendampingi Sayangku selamanya, tetapi aku tidak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti, karena aku tidak ingin Sayangku susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan, tetapi aku berharap Sayangku bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik kedua anak kita. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya Sayangku.

Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini menjadi berarti kembali. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tidak sempat Sayangku lakukan selama ini. Maafkan aku kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan papa karena tidak bisa mendampingimu lagi. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan jagalah Mama dan juga Sarah adikmu. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan ingatlah, dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Farah!

Aku menangis terisak-isak saat membaca surat tersebut dan  ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan catatan.

Notaris memberitahu aku bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dikelola oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu saat mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tidak pernah berpikir untuk menikah lagi, meskipun banyak lelaki yang berusaha mendekatiku, karena aku tidak mampu menghapus sosok suamiku yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari kuabdikan hidupku hanya untuk kedua anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selama-lamanya, tidak ada satupun kesedidhan yang mampu mengalahkan kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun dan dua hari sebelum Farah putri sulungku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang, dia bertanya, "Mama, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri? Soalnya Farah kan nggak bisa masak dan nyuci, gimana ya Ma?"

Aku merangkulnya sambil berkata, �Cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kamu akan belajar menyenangkan hatinya dan menerima kekurangannya, kamu pun akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.�

Putriku menatapku, "Seperti cinta Mama untuk Papa? Cinta itukah yang membuat Mama tetap setia pada Papa sampai sekarang?"

Aku menggeleng sambil berkata, "Bukan, Sayangku! Cintailah suamimu seperti Papa mencintai Mama dan kalian berdua. Mama setia pada Papa karena cinta Papa yang begitu besar pada Mama dan kalian berdua."

Aku mungkin tidak beruntung karena tidak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku, karena aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membenci suamiku dan menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas dari suamiku karena kematian, tapi aku tidak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus kepada diriku dan kedua anakku.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Wednesday, 13 June 2012

Kesetiaan - Loyalty



Rosalie Ida Blun lahir pada tahun 1849 di Worms, Jerman, puteri dari Nathan Blun dan Wilhelmine Freudenberg. Ida adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ia beremigrasi ke Amerika Serikat bersama orangtuanya dan saudara-saudarinya.

Pada tahun 1871, Ida Blun menikah dengan Isidor Straus, seorang usahawan Amerika Jerman. Ida dan Isidor memiliki tujuh anak.

Pasangan ini dikenal sangat mesra oleh handai taulan mereka. Ketika Isidor terpaksa bepergian ke luar kota karena panggilan tugas sebagai seorang anggota Kongres bagi negara bagian New York atau sebagai salah seorang pemilik Dept. Store Macy, mereka sering bertukar kirim surat setiap hari.

Isidor dan Ida Straus bepergian dengan Beatrice Straus, cucu mereka yang baru berusia lima belas tahun ke Eropa pada awal 1912 naik kapal Hapag. Pasangan suami istri ini meninggalkan Beatrice di Jerman, dan meskipun biasanya mereka hanya mau naik kapal Jerman, nahasnya mereka memutuskan untuk kembali ke Amerika Serikat naik kapal pesiar baru yang bernama Titanic.

Pada malam tenggelamnya Titanic, Isidor dan Ida Straus sebenarnya sudah berdiri dekat kapal sekoci nomor 8 bersama dengan pembantu mereka, yaitu Ellen Bird. Meskipun perwira yang mengatur peluncuran sekoci sudah mengizinkan pasangan sepuh Isidor dan Ida untuk menaiki sekoci bersama nona Ellen Bird, namun Isidor menolak untuk naik sekoci karena masih banyak wanita dan anak-anak yang masih belum kebagian sekoci di kapal yang sedang tenggelam itu. Isidor mendesak istrinya untuk naik sekoci, namun Ida menolak sambil berkata, "Kita sudah hidup bersama sekian lama. Kemanapun engkau pergi, aku pergi." Perkataan Ida ini didengar oleh banyak saksi yang sudah naik sekoci nomor 8, termasuk juga orang-orang yang masih berdiri di dek kapal. Isidor dan Ida Straus terlihat masih hidup terakhir kali duduk berdua di kursi dek. Jenazah Ida tidak pernah diketemukan.

Ketika para penumpang yang selamat dari kapal Titanic itu sampai di New York City naik kapal Carpathia, banyak saksi, termasuk nona Ellen Bird, memberi tahu para wartawan tentang kesetiaan Ida Straus terhadap suaminya. Kisahnya menyebar ke seluruh komunitas Yahudi. Para rabi mengisahkan pengorbanan dan kesetiaan Ida pada seluruh jemaat Yahudi, termasuk pemberitaan di koran Yiddish dan koran berbahasa Jerman. Sebuah lagu pop ditulis untuk mengenang kisah Ida Straus, berjudul "The Titanic's Disaster" yang menjadi populer di kalangan masyarakat Yahudi Amerika Serikat. Ida Straus telah membuktikan janji nikahnya sungguh-sungguh sampai mati. Bahkan dalam kematian, mereka tetap bersama...

Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN http://kesaksianabadi.blogspot.com

******


Loyalty
Rosalie Ida Blun was born in 1849 in Worms, Germany to Nathan Blun and his wife Wilhelmine "Mindel" Freudenberg. She was the fifth of seven children. She emigrated to the United States with her family.

In 1871, Ida Blun married Isidor Straus, a German-American businessman. She and Isidor had seven children.

The couple was considered especially close by their friends and family; when Isidor was forced to travel as part of his duties as a U.S. Representative for New York or as co-owner of Macy's, they exchanged letters daily.

Isidor and Ida Straus traveled with their fifteen-year-old granddaughter Beatrice Straus to Europe in early 1912 aboard the HAPAG liner Amerika. The elder Strauses left their grandchild in Germany and, although they normally traveled aboard German ships only, fatally decided to make their return voyage to the United States on the newly commissioned RMS Titanic.



The Titanic's Disaster, published in 1912


On the night of the sinking, Isidor and Ida Straus were seen standing near Lifeboat No. 8 in the company of Mrs. Straus's maid, Ellen Bird. Although the officer in charge of the lifeboat was willing to allow the elderly couple to board the lifeboat with Miss Bird, Isidor Straus refused to go so as long as there were women and children still remaining on the ship. He urged his wife to board, but she refused, saying, "We have lived together for many years. Where you go, I go." Her words were witnessed by those already in Lifeboat No. 8 as well as many others who were on the boat deck at the time. Isidor and Ida Straus were last seen alive sitting on a pair of deck chairs.

When the survivors of the disaster arrived in New York City aboard the RMS Carpathia, many, including Ellen Bird, told reporters of Mrs. Straus's loyalty and fidelity to her husband. Her story struck a chord with the Jewish community. Rabbis spoke to their congregations about her sacrifice; articles in Yiddishand German-language newspapers extolled her courage; a popular song featuring the story of Ida Straus, "The Titanic's Disaster", became popular among Jewish-Americans. Ida Straus's body was never recovered.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Monday, 11 June 2012

Amazing Fact

Hari Sabtu yang lalu saya mendapat informasi bahwa ketika Tuhan Yesus disalib dan ketika seorang prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dengan segera mengalir keluar darah dan air, darah itu mengalir ke kaki-Nya, turun terus ke kayu salib bagian bawah dan dibawah kayu salib itu ada lubang tempat memancangkan tiang salib. Ketika terjadi gempa dan gempa ini bukan kebetulan, gempa itu membelah batu di bawah tiang salib itu, darah terus mengalir ke bawah batu yang terbelah, terus turun lagi ke dalam celah batu yang terbelah dan ke bawah lagi adalah Tabut Perjanjian.

Dari hasil searching di internet, telah ditemukan oleh Ron Wyatt, bahwa Tabut Perjanjian disembunyikan para imam pada zaman nabi Yeremia bukan di Bait Allah, tetapi di luar itu, antara tembok Bait Allah dan tembok pengepungan tentara Nebukadnezar yang kelak akan menghancurkan Bait Allah. Jadi, 35 tahun sebelum Bait Allah dihancurkan pada th 586 Sebelum Masehi (di dalam Alkitab lokasi Tabut Perjanjian itu masih disebutkan dengan jelas sampai tahun 621 SM), maka para imam menyembunyikan Tabut Perjanjian dan perkakas kudus penting lainnya di suatu tempat yang dianggap aman, dan tentunya bukan di lingkungan Bait Allah.

Penelitian Ron Wyatt pada tahun 1982 menemukan Tabut Pernjanjian itu di lokasi dekat Kalvari dan di suatu goa yang disebut Goa Zedekia dan dekat Kubur Yeremia. Di dalam tanah itu terlihat bebatuan di atas Tabut itu pernah terbelah dan ada bekas darah telah mengental. Jika darah manusia umumnya berisi 46 kromosom, 23 kromosom dari Ibu dan 23 kromosom dari Ayah, maka darah yang mengental ini hanya mempunyai kromosom 24, yaitu 23 dari Maria dan 1 kromosom dari Roh Kudus.

Jadi, upacara penyucian dosa pada zaman imam Harun, yang setahun sekali Imam Besar, mengadakan pendamaian atas dosa orang Israel dengan memercikkan darah domba ke tanduk-tanduk di Tabut Perjanjian, telah digenapi dengan percikan darah Tuhan Yesus di kayu salib, yang menetes ke bawah dan terus ke bawah dengan "bantuan" gempa bumi, mengalir ke Tabut Perjanjian yang disembunyikan para imam enam ratus lima puluh tahun sebelumnya! Walaupun penemuan itu masih kontroversial, silakan pertimbangkan dari sumbernya: http://www.wyattmuseum.com/arkofthecovenant.htm

God bless you.


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Thursday, 7 June 2012

Tae Ho Story

Tae Ho Story
Tae Ho adalah bocah Korea umur 13 tahun (pada tahun 2012) yang tidak mempunyai kedua lengan, hanya mempunyai empat jari di kedua kakinya. Ia ditinggalkan orang tuanya begitu saja sejak bayi dan sangat mengharukan melihat perjuangannya untuk mandiri. Dia tetap bisa berpikir positif, mempunyai kemauan kuat untuk tidak meminta pertolongan orang lain untuk memakai dan melepaskan baju, menyikat gigi, makan, menyisir rambut, semuanya dilakukan dengan kedua kakinya. Mirip dengan Nick Vujicic.
Seharusnya kita banyak mengucap syukur kepada Tuhan atas kehidupan kita.


Lihat videonya di: 
http://www.youtube.com/watch_popup?v=BfL2U0BJ48g&vq=medium#t=81

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Tuesday, 5 June 2012

Kindness

Murah Hati - Kindness

Seorang sopir taksi di Malaysia kaget sekali ketika selesai mengantar seorang Pendeta dari KL International Airport ke rumahnya, dia menerima uang tip sebesar Ringgit Malaysia (MYR) 50 dari pendeta itu.
"Wow, thank you very much, Sir!"

Di kali lain, pendeta yang sama memberikan uang sejumlah MYR 500 kepada seorang gadis, padahal gadis itu tidak minta sesuatu kepada sang pendeta. Belakangan gadis itu menulis surat menyatakan terima kasihnya. "Pastor David, saya sangat berterima kasih, karena bapak telah memberikan berkat sebanyak MYR 500 tempo hari. Dengan uang itu saya bisa pulang kampung di Vietnam untuk menjenguk mama saya yang sedang sakit. Tanpa pemberian uang itu, mungkin saya tidak akan bisa merawat mama. Terima kasih dan Tuhan memberkati bapak."

Saya ingat, beberapa tahun yang lalu bapak pendeta yang sama, memberikan semua "love gift", uang yang diterimanya atas pelayanannya di Jakarta, lebih dari MYR 1,000 kepada seorang Ibu. "Untuk Michael, anakmu." katanya pada waktu itu.

Pendeta yang satu ini memang dikenal murah hati. Banyak orang yang telah ditolongnya. Dia telah menjadi saluran berkat Tuhan. Karena sering memberi, tidaklah mengherankan jika pendeta ini terbiasa banyak diberi. Dia banyak diberi tanpa meminta-minta atau mengemis-ngemis atau memberi sinyal butuh dana (seperti minta didoakan tentang proyek pelayanan ini atau itu). Tidak, dia murah hati tanpa pamrih.

Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN http://kesaksianabadi.blogspot.com

Sunday, 3 June 2012

Blind Spot


Seorang sahabat menulis status di account jejaring sosialnya: "Berilah info yang bermanfaat dan baik kepada orang lain, supaya pengetahuannya bertambah".

Saya sangat sepaham dengan kata-kata bijak tersebut. Informasi bermanfaat, darimana pun sumbernya, membuat orang menjadi lebih berwawasan, lebih pintar serta lebih terbuka mata dan hatinya.

Jangankan orang awam, Orang bijak pun masih membutuhkan nasihat supaya ia menjadi lebih bijak. Kalimat sederhana dari kawan itu seakan menjawab pertanyaan: mengapa semua juara di bidang olahraga masih membutuhkan pelatih?

Kita tahu, semua pemain profesional memiliki pelatih. Contohnya: pemain golf sehebat Tiger Woods sekalipun juga memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding, jelas Tiger Woods-lah yang akan memenangkan pertandingan tersebut.

Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa Tiger Woods butuh pelatih kalo jelas-jelas dia lebih hebat dari pelatihnya? Ya, Tiger Woods butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun karena ia butuh seseorang untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dia lihat sendiri.

Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata sendiri itulah yang disebut dengan blind spot atau titik buta. Kita hanya bisa melihat blind spot tersebut dengan bantuan orang lain.

Dalam hidup, kita butuh orang lain untuk mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser. Kita butuh orang lain untuk menasihati dan mengingatkan, bahkan menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yang keliru tanpa sadar.

Kerendahan hati untuk menerima kritikan, nasihat, dan teguran itulah yang justru menyelamatkan kita. Kita bukan manusia sempurna, Biarkan orang lain menjadi 'mata' kita, sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan pandangan diri kita sendiri.

Dengan kesalahan, sebenarnya kita belajar tentang: peluang, tahu yang benar, tahu malu, tahu cara berubah, diingatkan oleh situasi, bertindak dan memperbaiki, mawas diri dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Dimanapun kita berada, sesulit apapun keadaan kita, yakinlah bahwa kita sedang di gerakkan ke arah yang lebih baik, tetap berdoa, berusaha dan selalu bersyukur.
Semoga kita bisa menjadi sahabat yang saling mengingatkan. "Jadilah Pendengar yg baik" (HP)
Sumber:  http://www.gatra.com/home/inspirasi/139-inspirasi/11857-blind-spot-

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian