Latest News

Monday, 14 February 2011

Pertolongan Tepat Pada Waktunya - In Time Help of the Lord

Kisah ini saya dengar hari Minggu 13 Februari 2011. Pdt. Yosia Abdisaputra mengisahkan ada satu keluarga yang sedang dirundung malang. Sang suami tidak bekerja lagi, dan dia terjerat utang yang besar karena kesulitan ekonomi. Tidak ada harapan bagi keluarga ini. Sudah berkali-kali dia meminta pertolongan pekerjaan ke sana dan kesini, namun semua orang menjauhi dia, takut diminta pinjaman. Dia mempunyai 2 anak yang masih kecil-kecil, membutuhkan biaya besar untuk membesarkan mereka, namun saat itu ia tidak berdaya, tidak ada uang pemasukan untuk menopang kehidupan keluarganya. Akhirnya dia berunding dengan istrinya...untuk melakukan bunuh diri bersama. Jika ia bunuh diri sendiri, bagaimana dengan anak istrinya?

Mereka sepakat untuk bunuh diri di Puncak. Berempat mereka berangkat menyewa satu villa di Puncak. Perlengkapan bunuh diri, yaitu racun serangga, sudah disiapkan. Sebelum minum racun itu bersama-sama, sang suami teringat pada Tuhan Yesus, sehingga ia mengajak mereka berdoa terlebih dahulu sebelum bunuh diri. Ia memimpin doa dan berkata, "Tuhan Yesus, saya tahu bahwa kami tidak boleh bunuh diri, tetapi kami tidak sanggup melanjutkan kehidupan kami. Jalan kami buntu. Saya tidak punya uang untuk membayar utang-utang saya. Saya tidak punya pekerjaan, tidak punya bisnis, untuk menghidupi keluarga saya. Ampuni kami, Tuhan...." Ketika ia mengangkat gelas berisi racun itu dan akan meminum racun itu, tiba-tiba seperti ada petir menyambar gelas itu sehingga gelas itu pecah berantakan dan cairan racun itu tumpah ke lantai. Keluarga ini kaget bukan kepalang dan mereka menangis sejadi-jadinya. "Tuhan, ampuni kami!" Ternyata Tuhan tidak berkenan atas keputus-asaan mereka. Kasih Tuhan melarang mereka mencari jalan keluar dengan minum racun serangga. Kasih Tuhan terlalu besar membiarkan anak-anaknya berputusa asa. Sejak itu, sang suami tahu bahwa Tuhan pasti buka jalan, pasti akan menolong dengan cara yang ajaib. Benar saja, sejak itu ada seorang teman yang memberi pekerjaan, order untuk dikerjakan orang ini. Dan singkat cerita, akhirnya seluruh utang-utangnya dapat dilunasi dan keluarga ini hidup normal dalam berkat dan kasih karunia Tuhan.


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Sunday, 13 February 2011

Jesus is Real

Minggu lalu saya mendengar kisah yang luar biasa ini. Dessy (nama samaran) dikenal sebagai salah seorang peserta Indonesian Idol, suaranya enak didengar. Namun lebih dari itu kisah pengenalannya akan Tuhan tidak kalah menggetarkan. Ayah Dessy berasal dari Jawa, namun ibunya adalah wanita Pakistan, sehingga tidak heran jika wajah Dessy cantik. Tentu saja Dessy dibesarkan dengan ajaran agama yang ketat yang mengajarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Pada suatu malam teman Dessy bertamu di rumahnya hingga larut malam. Ketika temannya pulang, diketahui ada buku Alkitab milik temannya tertinggal di rumah Dessy. Iseng-iseng Dessy membawa Alkitab itu ke tempat tidur dan membacanya. Dessy tertarik membaca Alkitab sampai dia menemukan tulisan bahwa Yesus itu nyata. Setelah membaca Alkitab, hati Dessy diliputi dengan kegelisahan. Masa Yesus itu nyata? Mana mungkin? Dia kan cuma manusia? Ketika Dessy bersembahyang tahajud larut malam itu, dia tidak hanya melafalkan doa-doa yang biasa, namun ia mengajukan permintaan khusus, "Jika Yesus itu nyata, tunjukkanlah kepadaku." Setelah doa itu, tentu saja ia tidur. Dessy biasa tidur dengan lampu kamar dimatikan. Antara mimpi dan sadar, tiba-tiba ia melihat secercah cahaya masuk menembus sisi pintu kamarnya. Lalu pintu terbuka, dan muncullah sesosok wajah yang ia lihat hanya bagian mukanya saja karena dalam gelap. Mata-Nya sangat jernih, sangat penuh kasih, sangat penuh damai. Ia belum pernah melihat sepasang mata seperti itu di dunia ini. Yang mengagetkan, Ia tersenyum ke arah Dessy. "Lihat, Aku ini nyata...Aku mengasihimu."

Sejak pertemuan yang tak pernah dibayangkan itu dengan Tuhan Yesus, Dessy semakin ingin mengenal kekristenan. Ia bertanya kepada temannya yang telah ketinggalan Alkitab itu. Dengan sembunyi-sembunyi kemudian Dessy datang ke gereja. Oleh temannya Dessy diajarkan lagu-lagu rohani dan temannya meminta Dessy menyanyi dalam kebaktian. Ketika pertama kali ia naik mimbar, ia menyanyikan lagu "Bagai Rajawali". Pada saat di atas panggung, Dessy mendengar suara di telinga kirinya, "Inilah jalanmu..." Dan ketika ia turun panggung, seorang anak kecil menyapanya dan berkata, "Kak Dessy, tadi saya melihat ada Tuhan Yesus di sebelah kiri kakak...."

Sejak saat itu semakin mantap hatinya untuk percaya dan mengikut Yesus, akhirnya Dessy memberi diri dibaptis pada bulan April 2010 yang lalu. Ketika keluarganya, ayah dan ibunya mengetahui hal itu, mereka marah besar. Karena Dessy tidak mau kembali ke ajarannya yang semula, maka Dessy diancam akan dibunuh dan lari dari rumah orang-tuanya, dan anak Dessy disandera orang tuanya.

Bukan itu saja pergumulan Dessy. Dari temannya diketahui bahwa ayah Dessy mengancam akan menceraikan ibunya karena dianggap tidak mampu mendidik Dessy sehingga Dessy murtad. Kalau sampai ayah ibunya bercerai gara-gara iman Dessy yang baru, Dessy sangat terpukul. Dia sering bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa setelah aku percaya kepada-Mu, hidupku jadi begini? Ayah ibuku mau bercerai. Tolonglah kami Tuhan." Karena kecewa dengan keadaannya, Dessy membatalkan janji pelayanannya dimana-mana. Ia mengurung diri. Ia tidak mau ikut ke gereja lagi. Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang setia. Ia tidak pernah mencobai kita lebih dari pada kekuatan kita, dan pada waktu kita ada dalam pencobaan, Dia memberi jalan keluar. Ya, akhirnya Dessy mendengar kabar baik bahwa ayah ibunya tidak jadi bercerai. Namun masih ada kerinduan Dessy yang masih belum dijawab Tuhan, yaitu agar ia dapat berkumpul dengan anaknya dan orangtuanya, dan ia terus berdoa agar orang tua dan saudara-saudaranya dapat mengenal kasih Bapa yang rela mengorbankan anak-Nya, Yesus Kristus di kayu salib, agar semua orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Ketika Dessy menutup kesaksiannya dengan menyanyikan lagu "You Are My Hiding Place", mata saya berkaca-kaca, karena suara Dessy bagaikan aliran roh yang sungguh-sungguh mengakui bahwa Yesus itu adalah batu perlindungan, tempat persembunyian di kala kita ada dalam pergumulan topan dan badai. Haleluyah!

Ditulis/Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Thank You Notes

Thank you atas pesanan buku "Mukjizat Kehidupan" oleh Ibu Chaterina. Buku akan segera dikirim dg Pos Kilat Khusus ke alamat rumah. Gbu.


Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian

Friday, 11 February 2011

Kasih Ibu - Love of a Mother

Semenjak kecil, saya takut untuk memperingati hari ibu karena tak berapa lama setelah saya lahir, saya dibuang oleh ibu saya.

Setiap kali peringatan hari ibu, saya selalu merasa tidak leluasa karena selama peringatan hari ibu semua acara televisi menayangkan lagu tentang kasih ibu, begitu juga dengan radio dan bahkan iklan biskuit pun juga menggunakan lagu tentang hari ibu.

Saya tidak bisa meresapi lagu-lagu seperti itu. Setelah sebulan lebih saya dilahirkan, saya ditemukan oleh seseorang di stasiun kereta api Xin Zhu. Para polisi yang berada di sekitar stasiun itu kebinggungan untuk menyusui saya.

Tapi pada akhirnya, mereka bisa menemukan seorang ibu yang bisa menyusui saya. Kalau bukan karena dia, saya pasti sudah menanggis dan sakit. Setelah saya selesai disusui dan tertidur dengan tenang, para polisi pelan-pelan membawa saya ke De Lan Center di kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu. Hal ini membuat para biarawati yang sepanjang hari tertawa ria akhirnya pusing tujuh keliling.

Saya tidak pernah melihat ibu saya. Semasa kecil saya hanya tahu kalau saya dibesarkan oleh para biarawati. Pada malam hari, di saat anak-anak yang lain sedang belajar, saya yang tidak ada kerjaan hanya bisa menggangu para biarawati. Pada saat mereka masuk ke altar untuk mengikuti kelas malam, saya juga akan ikut masuk kedalam.

Terkadang saya bermain di bawah meja altar, mengganggu biarawati yang sedang berdoa dengan membuat wajah-wajah yang aneh. Dan lebih sering lagi ketiduran sambil bersandar di samping biarawati.

Biarawati yang baik hati itu tidak menunggu kelas berakhir terlebih dahulu, tetapi dia langsung menggendong saya naik untuk tidur. Saya curiga apakah mereka menyukai saya karena mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari altar.

Walaupun kami adalah anak-anak yang terbuang, tetapi sebagian besar dari kami masih memiliki keluarga. Pada saat tahun baru ataupun hari raya, banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedangkan saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu.

Juga karena inilah para biarawati sangat memperhatikan anak-anak yang tidak memiliki sanak saudara sehingga mereka tidak memperbolehkan anak-anak lain menggangu kami. Sejak kecil prestasi saya cukup bagus dan para biarawati mencarikan banyak pekerja sosial untuk menjadi guru saya.

Kalau dihitung-hitung sudah cukup banyak yang menjadi pengajar saya. Mereka adalah lulusan dan dosen dari universitas Jiao dan universitas Qing, lembaga penelitian, dan insinyur. Guru yang mengajarkan saya IPA pada tahun sebelumnya adalah seorang mahasiswa dan sekarang dia telah menjadi asisten dosen. Guru yang mengajari saya Bahasa Inggris adalah seorang yang jenius. Tidak heran sejak kecil kemampuan saya dalam berbahasa Inggris sudah bagus.

Para biarawati juga memaksa saya untuk belajar piano. Semenjak kelas 4 SD, saya telah menjadi pianis di gereja dan pada saat misa saya yang bertanggung jawab untuk bermain piano. Karena didikan yang saya dapatkan di gereja, kemampuan berbicara saya pun juga bagus. Di sekolah saya sering mengikuti lomba berpidato, pernah juga menjadi perwakilan alumni untuk mengikuti debat.

Tetapi saya sama sekali tidak pernah mendapatkan peran yang penting dalam acara peringatan hari ibu.

Walaupun saya suka memainkan piano tetapi saya mempunyai satu prinsip. Saya tidak akan memainkan lagu-lagu yang berhubungan dengan hari ibu, kecuali jika ada orang yang memaksa saya. Tetapi tetap saja saya tidak akan memainkan lagu-lagu tersebut atas dasar keinginan saya sendiri.

Terkadang saya pernah berpikir, siapakah ibu saya? Saat membaca novel, saya menebak bahwa saya adalah anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.

Mungkin karena kepintaran saya yang cukup bagus, ditambah lagi dengan adanya bantuan dari pengajar yang sepenuh hati membantu, saya dengan lancar bisa lolos ujian masuk jurusan arsitektur di Universitas Xin Zhu. Saya menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Biarawati Sun yang membesarkan saya terkadang datang mengunjungi saya.

Jika teman-teman kuliah saya yang bandel-bandel itu melihat biarawati Sun, mereka akan langsung berubah menjadi kalem. Banyak teman-teman saya yang setelah mengetahui latar belakang saya, datang menghibur saya. Mereka juga mengakui, bahwa saya mempunyai pembawaan yang baik, dikarenakan saya dibesarkan oleh para biarawati.

Saat wisuda, orang tua dari mahasiswa lain semua berdatangan, sedangkan keluarga saya satu-satunya yang hadir hanya biarawati Sun.

Kepala jurusan saya bahkan meminta biarawati Sun untuk foto bersama.

Di masa wajib militer, saya kembali ke De Lan Center. Tiba-tiba saja di hari itu biarawati Sun ingin membicarakan hal yang serius dengan saya. Dia mengambil sebuah amplop surat dari raknya dan dia mempersilahkan saya untuk melihat isi-isi dari amplop surat itu.

Di dalam amplop surat itu, terdapat dua lembar tiket kereta.

Biarawati Sun berkata pada saya bahwa pada saat polisi mengantar saya ke tempat ini, dalam baju saya terselip dua lembar tiket perjalanan dari tempat tinggal asal ibu saya menuju stasiun Xin Zhu.

Tiket pertama adalah tiket bus dari salah satu tempat di bagian selatan menuju ke Ping Dong. Dan tiket yang satunya lagi adalah tiket kereta api dari Ping Dong ke Xin Zhu. Ini adalah tiket kereta api yang lambat. Dari situ saya baru tahu bahwa ibu kandung saya bukanlah orang yang berada.

Biarawati Sun mengatakan pada saya bahwa mereka biasanya tidak suka mencari latar belakang dari bayi-bayi yang telah ditinggalkan. Oleh karena itu, mereka menyimpan dua tiket kereta ini dan memutuskan untuk memberikannya pada saat saya sudah dewasa.

Mereka telah lama mengamati saya dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang rasional. Jadi seharusnya saya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Mereka pernah pergi ke kota kecil ini dan menemukan bahwa jumlah penduduk kota kecil itu tidak banyak. Jadi jika saya benar-benar ingin mencari keluarga saya, seharusnya saya tidak akan menemui kesulitan.

Saya selalu terpikir untuk bertemu dengan orang tua saya. Tetapi setelah memegang dua tiket ini, mulai timbul keraguan dalam hati saya. Saya sekarang hidup dengan baik, mempunyai ijazah lulusan S1, dan bahkan memiliki seorang teman wanita akan menjadi teman hidup saya.

Mengapa saya harus melihat ke masa lalu? Mencari masa lalu yang benar-benar asing bagi saya. Lagi pula besar kemungkinan kenyataan yang didapatkan adalah hal yang tidak menyenangkan.

Biarawati Sun justru mendukung saya untuk pergi ke kota asal ibu saya. Dia menggangap kalau saya akan memiliki masa depan yang cerah.

Jika teka-teki tentang asal-usul kelahiran saya tidak dijadikan alasan sebagai bayangan gelap dalam diri saya, dia terus membujuk diri saya untuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi, yang seharusnya tidak akan menggoyahkan kepercayaan diri saya terhadap masa depan saya.

Saya akhirnya berangkat ke kota yang berada di daerah pegunungan, yang bahkan tidak pernah saya dengar namanya. Dari kota Ping Dong saya harus naik kereta api selama satu jam lebih untuk tiba di sana .

Saat musim dingin, walaupun berada di daerah selatan, di kota ini hanya terdapat satu kantor polisi, satu pos kota, satu Sekolah Dasar, dan satu Sekolah Menengah Pertama, selain itu tidak ada lagi gedung yang lainnya.

Saya bolak-balik ke kantor polisi dan pos kota untuk mencari data kelahiran saya. Akhirnya saya menemukan dua dokumen yang berhubungan dengan diri saya. Dokumen pertama adalah data mengenai kelahiran seorang anak laki-laki. Dokumen kedua adalah data laporan kehilangan anak.

Hilangnya anak itu adalah di saat hari kedua saya dibuang satu bulan lebih setelah saya dilahirkan. Menurut keterangan dari biarawati, saya ditemukan di stasiun Xin Zhu. Sepertinya saya sudah menemukan data-data kelahiran saya.

Sekarang masalahnya adalah ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya juga telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Kakak saya telah meninggalkan kota dan tidak tahu ke mana perginya.

Karena ini adalah kota kecil, maka semua orang saling mengenal.

Seorang polisi tua di kantor polisi memberitahu saya, bahwa ibu saya selalu bekerja di SMP. Dia lalu membawa saya menemui kepala SMP itu.

Kepala sekolah itu adalah seorang wanita dan beliau menyambut saya dengan ramah. Dia membenarkan bahwa ibu saya pernah bekerja di sini.

Dan beliau sangat baik hati, sedangkan ayah saya adalah orang yang sangat malas. Saat pria yang lain pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, hanya ayah yang tidak mau pergi. Di kota kecil, ayah hanya bekerja sebagai pekerja musiman. Padahal di dalam kota sama sekali tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan.

Oleh karena itu, seumur hidup dia hanya mengandalkan ibu saya yang bekerja sebagai pekerja kasar. Karena tidak memiliki pekerjaan, suasana hatinya menjadi sangat tidak baik. Jadi seringkali dia mabuk- mabukan.

Dan setelah mabuk, terkadang ayah memukul ibu atau kakak saya. Walaupun setelah itu ayah merasa menyesal, kebiasaan buruk ini sangat susah untuk diubah. Ibu dan saudara saya terusik seumur hidup olehnya. Pada saat kakak duduk di kelas dua SMP, dia kabur dari rumah dan semenjak saat itu ayah tidak pernah kembali lagi.

Sepengetahuan ibu kepala sekolah, ibu itu memiliki anak kedua. Namun setelah berumur satu bulan lebih, secara misterius anak itu menghilang begitu saja. Saat ibu kepala sekolah tahu bahwa saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di daerah utara, beliau mulai menanyakan banyak hal kepada saya dan saya menjelaskannya satu per satu.

Beliau mulai tergerak hatinya dan kemudian mengeluarkan selembar amplop surat . Amplop ini ditinggalkan ibu saya sebelum ibu meninggal dan ditemukan di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir bahwa di dalamnya pasti terdapat barang-barang yang bermakna. Oleh karena itu, dia menyimpannya dan menunggu sampai ada keluarganya yang datang mengambil.

Dengan tangan yang gemetar, saya membuka amplop itu. Dalam amplop itu berisi tiket kereta api. Semua itu adalah tiket-tiket perjalanan dari kota kecil di bagian selatan ini menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, dan semuanya disimpan dengan baik.

Kepala sekolah memberitahu saya bahwa setiap setengah tahun sekali, ibu saya pergi ke daerah di bagian utara untuk menemui salah satu saudaranya.

Namun, tidak ada satu orangpun yang mengenal siapa saudara itu.

Mereka hanya merasa bahwa setiap ibu saya kembali dari sana , suasana hatinya menjadi sangat baik.

Ibu saya menganut agama Budha di hari tuanya. Hal yang paling membanggakan baginya adalah ia berhasil membujuk beberapa orang kaya beragama Budha untuk mengumpulkan dana sebesar NT 1.000.000 yang disumbangkan ke panti asuhan yang dikelola oleh agama Katolik. Pada hari penyerahan dana, ibu saya juga ikut hadir.

Saya merasa merinding seketika. Pada suatu kali, ada satu bus pariwisata yang membawa para penganut agama Budha yang berasal dari daerah selatan. Mereka membawa selembar cek bernilai NT 1.000.000 untuk disumbangkan ke De Lan Center.

Para biarawati sangat berterimakasih dan mereka mengumpulkan semua anak-anak untuk berfoto bersama para penyumbang. Pada saat itu, saya yang sedang bermain basket. Saya juga ikut dipanggil dan dengan tidak rela, saya pun ikut berfoto bersama mereka. Sekarang saya menemukan foto itu di dalam amplop ini. Saya meminta orang untuk menunjukkan yang mana ibu saya. Saya tersentak seketika.

Yang lebih membuat saya terharu adalah di dalamnya terdapat foto kenangan- kenangan wisuda saya yang telah difotokopi. Foto itu adalah foto saya bersama teman-teman saya yang sedang mengenakan topi toga. Saya juga termasuk di dalam foto itu. Ibu saya, walaupun telah membuang saya, tetap datang mengunjungi saya. Mungkin saja ! dia juga menghadiri acara wisuda saya.

Dengan suara tenang, kepala sekolah berkata, �Kamu seharusnya berterima kasih pada ibumu.

Dia membuangmu demi mencarikanmu lingkungan hidup yang lebih baik. Jika kamu tetap tinggal di sini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada orang yang mengecap pendidikan SMU.

Lebih gawatnya lagi, jika kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu setiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi.� Kepala sekolah kemudian memanggil guru yang lain untuk menceritakan hal-hal tentang saya.

Semuanya mengucapkan selamat karena saya bisa lulus dari Universitas Guo Li. Ada seorang guru yang berkata, bahwa di sini belum ada murid yang berhasil masuk ke Universitas Guo Li.

Saya tiba-tiba tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya bertanya kepada kepala sekolah apakah di dalam sekolah ada piano. Beliau berkata bahwa pianonya bukan piano yang cukup bagus, tetapi terdapat organ yang masih baru.

Saya membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela dan saya memainkan satu per satu lagu tentang ibu. Saya ingin orang-orang tahu, walaupun saya dibesarkan di panti asuhan tetapi saya bukanlah yatim piatu karena saya memiliki para biarawati yang baik hati dan senantiasa mendidik saya.

Mereka bagaikan ibu yang membesarkan saya, mengapa saya tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu saya sendiri? Dan juga ibu saya selalu memperhatikan saya. Ketegasan dan pengorbanannya lah yang membuat saya memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang gemilang.

Prinsip yang saya tetapkan telah dilenyapkan. Saya bukan saja bisa memainkan lagu peringatan hari ibu, tetapi saya juga bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi.

Suara piano juga tersebar ke seluruh sekolah dan suara piano saya pasti berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini, penduduk- penduduk di kota kecil akan bertanya, �Kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?� Bagi saya hari ini adalah hari ibu.

Sebuah amplop yang dipenuhi tiket kereta api membuat saya untuk selamanya tidak takut untuk memperingati hari ibu.

Ini adalah sebuah kisah nyata dari rektor Universitas Ji Nan yang bernama Li Jia Tong.

Saudaraku terkasih,

�Berterima kasihlah kepada mereka yang telah membesarkan dan membimbing kita, hingga kita dewasa dan mencapai sebuah kesuksesan. Sekalipun mereka bukanlah ibu atau ayah kandung kita. Tetapi ingatlah selalu budi yang telah diberikan kepada kita, hingga kita bisa seperti sekarang ini�.

LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.

Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian