PAY IT FORWARD
Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film "PAY IT FORWARD" bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.
Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: "PAY IT FORWARD"
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya di pinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai :
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada di rumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya "PAY IT FORWARD, MOM"
Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi kerumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan, "PAY IT FORWARD,MOM"
Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan: "PAY IT FORWARD, SON".
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : "PAY IT FORWARD, SIR"
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan: "PAY IT FORWARD"
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah "PAY IT FORWARD" tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.
Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada-Nya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: "PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada di sekitarmu) "
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Saturday, 10 December 2011
Friday, 9 December 2011
God's Wife
An eye witness account from New York City, on a cold day in December, some years ago:
A little boy, about 10-years-old, was standing before a shoe store on the roadway, barefooted, peering through the window, and shivering with cold.
A lady approached the young boy and said, 'My, but you're in such deep thought staring in that window!'
'I was asking God to give me a pair of shoes,' was the boy's reply.
The lady took him by the hand, went into the store, and asked the clerk to get half a dozen pairs of socks for the boy. She then asked if he could give her a basin of water and a towel. He quickly brought them to her.
She took the little fellow to the back part of the store and, removing her gloves, knelt down, washed his little feet, and dried them with the towel.
By this time, the clerk had returned with the socks. Placing a pair upon the boy's feet, she purchased him a pair of shoes..
She tied up the remaining pairs of sock and gave them to him.. She patted him on the head and said, 'No doubt, you will be more comfortable now.'
As she turned to go, the astonished kid caught her by the hand, and looking up into her face, with tears in his eyes, asked her.
'Are you God's wife?'
******
Istri Tuhan?
Suatu kisah kesaksian datang dari Kota New York, pada suatu hari yang dingin di bulan Desember beberapa tahun lalu:
Seorang anak kecil, sekitar umur 10 tahun, sedang berdiri di depan sebuah toko sepatu dengan kaki telanjang, memandangi kaca toko, dan gemetar kedinginan.
Seorang ibu mendekati anak kecil itu dan berkata, �Wah, kamu asyik sekali memandangi ke dalam toko.�
�Saya sedang berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya sepasang sepatu,� demikianlah jawab anak itu.
Ibu itu menggandeng tangan anak kecil itu, membawanya masuk ke dalam toko, dan ia meminta agar penjaga toko membawa setengah lusin kaos kaki bagi anak kecil itu. Kemudian si ibu meminta sebaskom air bersih dan handuk. Penjaga toko itu dengan cepat membawa semua yang diminta nyonya itu.
Sang ibu membawa anak kecil itu ke bagian belakang toko, melepaskan sarung tangannya sendiri, berlutut dan membasuh kaki si anak kecil, dan kemudian mengeringkannya dengan handuk.
Saat itu juga sang penjaga toko datang dengan enam kaus kaki. Si ibu kemudian memasangkan sepasang kaos kaki ke kakinya, dan kemudian membelikan sepasang sepatu. Kemudian si ibu mengikat sisa kaos kaki menjadi satu dan memberikan kepada anak kecil itu. Dia mengusap kepala anak itu sambil berkata, �Nah, sekarang kamu pasti lebih nyaman.�
Ketika si ibu akan berlalu setelah selesai membayar semuanya, anak kecil yang terbengong-bengong itu memegang tangan si ibu dan sambil memandang wajahnya, dengan air mata berlinangan, sang anak kecil bertanya, �Apakah anda itu istrinya Tuhan?�
*****
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
A little boy, about 10-years-old, was standing before a shoe store on the roadway, barefooted, peering through the window, and shivering with cold.
A lady approached the young boy and said, 'My, but you're in such deep thought staring in that window!'
'I was asking God to give me a pair of shoes,' was the boy's reply.
The lady took him by the hand, went into the store, and asked the clerk to get half a dozen pairs of socks for the boy. She then asked if he could give her a basin of water and a towel. He quickly brought them to her.
She took the little fellow to the back part of the store and, removing her gloves, knelt down, washed his little feet, and dried them with the towel.
By this time, the clerk had returned with the socks. Placing a pair upon the boy's feet, she purchased him a pair of shoes..
She tied up the remaining pairs of sock and gave them to him.. She patted him on the head and said, 'No doubt, you will be more comfortable now.'
As she turned to go, the astonished kid caught her by the hand, and looking up into her face, with tears in his eyes, asked her.
'Are you God's wife?'
******
Istri Tuhan?
Suatu kisah kesaksian datang dari Kota New York, pada suatu hari yang dingin di bulan Desember beberapa tahun lalu:
Seorang anak kecil, sekitar umur 10 tahun, sedang berdiri di depan sebuah toko sepatu dengan kaki telanjang, memandangi kaca toko, dan gemetar kedinginan.
Seorang ibu mendekati anak kecil itu dan berkata, �Wah, kamu asyik sekali memandangi ke dalam toko.�
�Saya sedang berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya sepasang sepatu,� demikianlah jawab anak itu.
Ibu itu menggandeng tangan anak kecil itu, membawanya masuk ke dalam toko, dan ia meminta agar penjaga toko membawa setengah lusin kaos kaki bagi anak kecil itu. Kemudian si ibu meminta sebaskom air bersih dan handuk. Penjaga toko itu dengan cepat membawa semua yang diminta nyonya itu.
Sang ibu membawa anak kecil itu ke bagian belakang toko, melepaskan sarung tangannya sendiri, berlutut dan membasuh kaki si anak kecil, dan kemudian mengeringkannya dengan handuk.
Saat itu juga sang penjaga toko datang dengan enam kaus kaki. Si ibu kemudian memasangkan sepasang kaos kaki ke kakinya, dan kemudian membelikan sepasang sepatu. Kemudian si ibu mengikat sisa kaos kaki menjadi satu dan memberikan kepada anak kecil itu. Dia mengusap kepala anak itu sambil berkata, �Nah, sekarang kamu pasti lebih nyaman.�
Ketika si ibu akan berlalu setelah selesai membayar semuanya, anak kecil yang terbengong-bengong itu memegang tangan si ibu dan sambil memandang wajahnya, dengan air mata berlinangan, sang anak kecil bertanya, �Apakah anda itu istrinya Tuhan?�
*****
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Wednesday, 16 November 2011
Remember Me This Way
"REMEMBER ME THIS WAY" (Ochie Manik)
14 Januari 2011 saya memposting artikel berjudul "Remember Me This Way". Benar-benar tidak terpikir kalau 10 bulan kemudian saya akan menulis artikel dengan judul yang sama. Kalau artikel di bulan Januari hanyalah sebuah perenungan, maka judul yang sama di bulan Oktober ini adalah sebuah true story.
Q: How would you like to be remembered?
A: You choose.
Pilihan bukan di tangan orang yang akan mengingat kita.
Sebaliknya, bagaimana kita ingin diingat orang lain?
Seperti apa kita ingin dikenang oleh orang-orang yang dekat dengan kita, sahabat-sahabat kita, atau orang yang pernah berinteraksi dengan kita ?
Pilihan ada di tangan kita.. Pilihan ada di tangan Anda.
WHEN GOD DOESN'T MAKE SENSE
Terlahir 31 Maret 1997 dengan nama Yosephine Priskila Taruli Manik, dan memiliki panggilan sayang Ochie, sebagai putri pertama dari dua bersaudara. Membaca nama keluarga Manik di belakang namanya, mungkin teman-teman berpikir apakah memiliki hubungan keluarga dengan saya. Ya....benar sekali, Ochie adalah keponakan kandung saya.Putri sulung dari abang saya. Semua mengenalnya sebagai anak yang cantik, baik hati, sopan, suka tersenyum, suka menolong teman dan sangat suka belajar.
Saya ingat semasa balita, orang-orang senang mencubit pipinya karena sangat cantik dan menggemaskan.
Desember 2010, saya mendapat kabar kalau Ochie demam tinggi, dan ketika dibawa ke RS, hasil pemeriksaan menyatakan mengidap penyakit LEUKEMIA. KANKER DARAH. Seperti petir di siang bolong. Begitu tiba-tiba. Ochie menjalani perawatan intensif di sebuah Rumah Sakit khusus kanker di Subang, Malaysia. Dan dipastikan, ya... memang Ochie menderita penyakit Leukemia. Perkiraan dokter waktu itu hanya butuh beberapa bulan saja untuk menangani penyakit tsb.
Bulan demi bulan dilalui, ternyata penyakit ini tidak mudah untuk diatasi. tidak seperti perkiraaan dokter semula. Leukemia yang diderita Ochie sangat agresif sekali.
Meskipun begitu, anak yang suka tersenyum ini, benar-benar menunjukkan perjuangannya melawan penyakit yang sangat ganas ini. Berkali-kali menjalani kemoterapi, hingga semua rambut rontok, dan berbagai tindakan medis lainnya, yang sangat menyakiti tubuh anak belasan tahun ini, tidak mampu melumpuhkan semangat hidupnya.
Ada 1 jenis obat yang bila diminum akan membuat Ochie kesakitan dari ujung kepala sampai ujung kaki, tapi tidak pernah ia menolak atau enggan untuk mengkonsumsi obat tsb. Semangat hidupnya tergambar jelas dalam salah satu status di twitternya, Ochie menulis :
"I HAVE CANCER, I HATE CANCER, AND I'M KILLING CANCER"
Semua keluarga yang menyaksikan perjuangannya setuju bahwa Ochie tidak mau diintimidasi oleh penyakitnya. Tidak sekalipun kelihatan anak kecil ini mengeluh. Setiap orang yang membesuknya selalu melihat senyuman menghiasi wajah Ochie.
Padahal semua orang tahu bagaimana rasa sakit yang dideritanya.
Banyak pasien lain yang mengalami derita seperti Ochie, mulai patah semangat, murung, dan tidak mau makan. Ochie sebaliknya, selalu tersenyum.
Apapun yang disediakan dia makan dengan lahap (kita bisa terkecoh, dan menyangka makanan yang dimakannya sangat lezat). Tidak heran, badannya bukan semakin kurus, malah lebih gemuk dan segar daripada sebelum didiagnosa Leukemia.
Suatu ketika, melihat Ochie yang makan dengan sangat lahap, mamanya ingin mencicipi makanannya tersebut, dan akhirnya menyadari ternyata makanan itu sangat plain, tidak seperti yang dibayangkan. Sang mama menangis dalam hati menyadari betapa putrinya ini sangat berjuang melawan Leukemia.
"MAMA, RUMAH BARUKU SUDAH SELESAI...."
Setelah 10 bulan berjuang, akhirnya Ochie menghembuskan nafas terakhir, 4 Oktober 2011 di tengah keluarga yang mengasihinya. Ia sempat berpesan kepada adiknya Catherine supaya menjaga kesehatannya, Ochie sempat memeluk erat papanya, dan ia juga mengucapkan terima kasih kepada mama yang tidak pernah lelah menemani dan merawatnya selama sakit.
Banyak orang yang mengenalnya menangis dan bertanya "WHY GOD?"
Selama 10 bulan semua keluarga tahu bagaimana Ochie dan seluruh keluarga berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan. Papanya meninggalkan pekerjaannya selama 10 bulan untuk bisa mendampingi Ochie, sang mama juga selalu ada di sampingnya, merawat Ochie sambil tekun berdoa memohon kemurahan Tuhan untuk kesembuhan anak terkasih. Setiap pagi dan malam di RS mereka membaca firman Tuhan, memuji, menyembah dan berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan. Keluarga ini masuk dalam keintiman yang sangat dalam kepada Tuhan, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Mulai dari dokter, suster, bahkan janitor di RS negeri tetangga ini pun mengasihi anak kecil yang tabah, dan suka tersenyum ini.
Ochie menjadi pasien favorit di RS. Ada keluarga pasien lain yang sama-sama menderita Leukemia, berwarganegara Malaysia, juga sangat mengasihi Ochie. Sering membeli keperluan-keperluan Ochie, membawakan makanan untuk Ochie.
Semua orang yang mengenalnya di sana mengasihinya..
Muncul pertanyaan: kalau manusia saja sangat mengasihi Ochie, masakan Tuhan tidak menunjukkan belas kasihnya dengan menyembuhkan Ochie?
Mengapa Tuhan? Bukankah Ochie anak yang baik? Bukankah ia meminta dengan sangat supaya Engkau menyembuhkannya? Ohhh Tuhan, .... bagaimana mungkin anak yang Kau beri otak yang pintar (angka-angka yang menghiasi raportnya rata-rata angka 9) tidak Engkau beri kesempatan berkarya bagi Tuhan lebih lagi? Ohhh Tuhan,,,,,,, Air mata membanjiri hati keluarga, dan teman-teman yang mengasihi Ochie.
Saya sebagai tantenya juga sangat berduka. Semalam sebelum kepergiannya, saya menangis berdoa di hadapan Tuhan, dengan berpegang kepada satu ayat firman Tuhan saya berdoa "Tuhan, jangan ambil Ochie di pertengahan umurnya. Ijinkan dia menggenapi seluruh rencana-Mu dalam hidupnya."
Ditengah-tengah galaunya pikiran yang dipenuhi pertanyaan "kenapa ?", satu kesaksian yang membuat hati saya bisa berkata "God makes sense" (sekalipun belum mengerti) adalah ketika kemudian mendengar bahwa dua hari sebelum pulang ke rumah Bapa, Ochie berkata kepada mamanya,
"Mama, .... rumah baruku sudah selesai."
Yesus sudah menyediakan rumah baru untuk Ochie, sehingga Ochie harus pulang. Pertandingannya sudah selesai. Ochie sudah sampai garis FINISH.
"REMEMBER ME THIS WAY"
Selama berada di rumah duka, saya melihat banyak sekali orang-orang yang mengasihi Ochie. Berbagai kalangan berusaha menunjukkan simpati. Teman-teman sekolah yang sudah 10 bulan tidak ditemuinya, menyempatkan diri datang ke rumah duka mengucapkan perpisahan terakhir kali. Bahkan mereka menulis lagu perpisahan dan menyanyikannya untuk Ochie. Mereka juga minta ijin kepada pihak sekolah agar diberi kesempatan mengantarkan Ochie ke tempat peristirahatan terakhir. Tidak hanya berseragam putih-biru selayaknya siswa SMP, bahkan banyak yang berseragam putih-abu-abu, siswa SMA. Panas terik cuaca saat itu tidak mengurungkan niat mereka untuk ikut sampai ke tempat Ochie akan dikebumikan.
Guru yang pernah mengajarnya ketika masih TK juga datang ke rumah duka. Kalau bukan karena Ochie anak yang menyenangkan, tidak mungkin guru yang mengajarnya 10 tahun yang lalu masih ingat kepadanya. Orangtua teman-temannya juga menyempatkan diri untuk menyampaikan kesaksian mereka tentang Ochie. Melihat banyaknya teman dan saudara yang mengasihinya, kita mungkin cenderung akan mengingat Ochie sebagai anak yang baik, supel, pintar bergaul, sehingga dikasihi semua.
Apakah seperti itu Ochie ingin diingat?
Sebagai seseorang yang baik dan menyenangkan ?
SHE LEFT HER FOOTPRINTS : HER DIARY
Sampai saya melihat sebuah diary, yang selama Ochie sakit dipenuhi dengan tulisan-tulisan tangannya. Sebelum membuka halaman demi halaman yang ada di dalam diary itu, apa yang ada dalam benak Anda?
Pastilah isi dari diary itu kira-kira seperti ini:
Dear Diary..... hari ini aku merasakan sakit yang luar biasa, .... aku sudah nggak kuat lagi ... Dear Diary ......kenapa ya Tuhan mengijinkan aku mengalami sakit ini?
Dear Diary... kok aku nggak sembuh-sembuh ? Tuhan kenapa nggak tolong Ochie? Apa Tuhan nggak sayang sama Ochie?
TERNYATA ...............
Yang saya temukan dalam halaman demi halaman, adalah tulisan tangan yang sangat rapi. Semua diberi garis tepi. Dan semua tulisan itu adalah alamat ayat Alkitab berikut isinya, yang selama 10 bulan Ochie berjuang telah memberi kekuatan, pengharapan, dan pengucapan syukur.
Kapan Ochie menuliskan ayat-ayat di dalam Diary ini ?
Apakah ketika ia sedang dalam kondisi agak fit? Yang sangat jarang terjadi?
Papanya bersaksi, bukan hanya ketika kondisinya baik, bahkan ketika merasa sakit pun Ochie tetap menuliskan ayat-ayat firman Tuhan yang menguatkan imannya.
Di antara ayat-ayat tersebut ada yang diberi kotak merah :
"Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada."
Saat membalik lembar demi lembar diary ini, saya bisa merasakan pergumulannya, pengharapannya, bisa merasakan kasihnya, bisa merasakan kebergantungan Ochie kepada Tuhan.
Karena Ochie tetap menulis bahkan ketika ia sedang di tengah rasa sakit yang hebat, saya bisa merasakan sukacitanya sekalipun doanya belum dijawab. Saya bisa merasakan pengucapan syukurnya, sekalipun Ochie tidak melihat adanya fakta untuk mengucap syukur.
Rasa penasaran saya membuat saya terus membuka halaman demi halaman sampai tulisan tangannya yang terakhir. Saya menghitung.
Semuanya ada 101 halaman yang berisi tulisan tangannya.
Total ada 599 ayat dari Alkitab yang ditulisnya ulang di diary ini.
WHAT WOULD YOU DO WHEN GOD DOESN'T MAKE SENSE ?
Kebanyakan orang akan complain. Mengeluh. Bersungut-sungut. Atau marah kepada Tuhan. Itu yang dilakukan jutaan bangsa Israel ketika berjalan keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.
FOOTPRINTS mereka adalah COMPLAINING.
Banyak kejadian dimana kelihatannya tindakan Tuhan tidak masuk akal.
Kenapa harus berputar kembali dan terpojok di tepi Laut Teberau menghadapi serbuan tentara Mesir? Kenapa hanya ada manna?
Kenapa harus menghadapi kehausan dan kekurangan air di padang gurun?
Kenapa Musa yang diangkat menjadi pemimpin?
Saya menemukan kata 'COMPLAIN' di perjalanan bangsa Israel tersebut lebih banyak dari pada kata 'PRAISE' atau ucapan syukur.
Apa yang dialami Ochie, bagi kami keluarganya, bagi teman-teman yang mengasihinya, sepertinya tidak masuk akal.
Tapi kalau teman-teman membaca diary Ochie, teman-teman akan melihat sosok seorang anak yang berusaha tetap mengucap syukur sekalipun dia tidak mengerti kenapa semuanya Tuhan ijinkan terjadi.
599 ayat Alkitab yang ditulisnya menggambarkan isi hati Ochie yang mungkin tidak pernah diungkapkannya kepada orang lain. Tapi diungkapkannya di hadapan Tuhan, Penciptanya.
STOP COMPLAINING. START PRAISING.
Beberapa hari setelah Ochie dikebumikan, papanya menemukan di Ipod Ochie, chatting Ochie dengan seorang temannya di Direct Message twitter.
Percakapan dengan adik kelas yang menderita kanker otak dan sama seperti Ochie harus menjalani kemoterapi dan mengalami rasa sakit yang mungkin hampir mirip dengan Ochie.
Sang adik kelas mengeluhkan tentang rasa sakit tersebut, merasa putus asa atas siksaan yang tak kunjung reda.
Apa yang Ochie tuliskan di situ?
Ochie menghibur adik kelasnya, mengatakan: "Jangan percaya perkataan vonis dokter .... Tuhan Yesus lebih berkuasa. Tuhan Yesus itu baik....."
Dan ketika papa Ochie melihat tanggal postingan chatting-chatting tersebut, air mata menetes. Itu adalah tanggal-tanggal dimana puterinya sedang merasa kesakitan,
itu adalah hari-hari dimana Ochie belum melihat tangan Tuhan menolong....
tapi Ochie menghibur temannya seolah-olah dia sudah mengalami jawaban, Ochie menguatkan sahabatnya seolah-olah dia sendiri sudah mengalami kesembuhan.
Ketika dokter di Singapore berkata 'bone marrow' (sumsum tulang) Ochie sudah rusak, Ochie menyatakan imannya di status twitternya:
"Kata dokter, bone marrowku rusak, tapi kata Tuhan Yesus 'Tidak'."
Bahkan ketika ujung dari perjuangannya, ... akhir dari imannya bukanlah kesembuhan, Ochie tidak complain, tapi mengucap syukur dalam segala keadaan. Dia percayakan hidupnya kepada Pencipta-Nya.
Apa yang akan kita lakukan saat apa yang Tuhan ijinkan tidak masuk akal?
Stop complaining. Start praising.
GOD HAS REASONS WE CANNOT SEE.
Karena Tuhan berjanji bagi semua umat-Nya, Dia tidak pernah merancangkan kecelakaan meskipun apa yang kita lihat sepertinya kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera yang membawa kita kepada hari depan yang penuh harapan.
KEEP REJOICING. KEEP PRAYING. KEEP THANKING GOD.
Ochie hanya 14 tahun hadir di dunia ini. Kehadirannya yang singkat mengajarkan saya banyak hal. Untuk tetap percaya bahwa Tuhan itu baik, ... apapun kenyataan di hadapan kita.
Apa yang saya baca dari diary tersebut membuat saya mengerti seperti apa Ochie ingin dikenang. Bukan semata sebagai anak dan kakak yang penurut dan baik, bukan hanya sebagai teman yang setia, bukan hanya sebagai murid yang pintar dan rajin, tetapi lebih dari pada itu semua, .......
Remember me this way....
As a little girl who always rejoicing,
always pray without ceasing,
and always give thanks to God in everything...
(Ochie Manik)
P.S. Tulisan ini didedikasikan untuk:
Andrika G.Manik, Ellys Silalahi, dan Catherine Manik.
Air mata belum lagi kering, tapi berbahagialah karena kalian adalah orangtua yang diberkati memiliki puteri seperti Ochie, dan adik yang harus bangga memiliki kakak yang teguh imannya seperti kak Ochie. Apa yang diperbuat Ochie dalam waktu yang singkat, telah memberkati banyak orang untuk tidak menyerah dan tetap menaruh percaya dan harap kepada Tuhan Yesus yang baik. Sambil tetap menugucap syukur kepada-Nya dalam segala keadaan.
All blessings,
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
14 Januari 2011 saya memposting artikel berjudul "Remember Me This Way". Benar-benar tidak terpikir kalau 10 bulan kemudian saya akan menulis artikel dengan judul yang sama. Kalau artikel di bulan Januari hanyalah sebuah perenungan, maka judul yang sama di bulan Oktober ini adalah sebuah true story.
Q: How would you like to be remembered?
A: You choose.
Pilihan bukan di tangan orang yang akan mengingat kita.
Sebaliknya, bagaimana kita ingin diingat orang lain?
Seperti apa kita ingin dikenang oleh orang-orang yang dekat dengan kita, sahabat-sahabat kita, atau orang yang pernah berinteraksi dengan kita ?
Pilihan ada di tangan kita.. Pilihan ada di tangan Anda.
WHEN GOD DOESN'T MAKE SENSE
Terlahir 31 Maret 1997 dengan nama Yosephine Priskila Taruli Manik, dan memiliki panggilan sayang Ochie, sebagai putri pertama dari dua bersaudara. Membaca nama keluarga Manik di belakang namanya, mungkin teman-teman berpikir apakah memiliki hubungan keluarga dengan saya. Ya....benar sekali, Ochie adalah keponakan kandung saya.Putri sulung dari abang saya. Semua mengenalnya sebagai anak yang cantik, baik hati, sopan, suka tersenyum, suka menolong teman dan sangat suka belajar.
Saya ingat semasa balita, orang-orang senang mencubit pipinya karena sangat cantik dan menggemaskan.
Desember 2010, saya mendapat kabar kalau Ochie demam tinggi, dan ketika dibawa ke RS, hasil pemeriksaan menyatakan mengidap penyakit LEUKEMIA. KANKER DARAH. Seperti petir di siang bolong. Begitu tiba-tiba. Ochie menjalani perawatan intensif di sebuah Rumah Sakit khusus kanker di Subang, Malaysia. Dan dipastikan, ya... memang Ochie menderita penyakit Leukemia. Perkiraan dokter waktu itu hanya butuh beberapa bulan saja untuk menangani penyakit tsb.
Bulan demi bulan dilalui, ternyata penyakit ini tidak mudah untuk diatasi. tidak seperti perkiraaan dokter semula. Leukemia yang diderita Ochie sangat agresif sekali.
Meskipun begitu, anak yang suka tersenyum ini, benar-benar menunjukkan perjuangannya melawan penyakit yang sangat ganas ini. Berkali-kali menjalani kemoterapi, hingga semua rambut rontok, dan berbagai tindakan medis lainnya, yang sangat menyakiti tubuh anak belasan tahun ini, tidak mampu melumpuhkan semangat hidupnya.
Ada 1 jenis obat yang bila diminum akan membuat Ochie kesakitan dari ujung kepala sampai ujung kaki, tapi tidak pernah ia menolak atau enggan untuk mengkonsumsi obat tsb. Semangat hidupnya tergambar jelas dalam salah satu status di twitternya, Ochie menulis :
"I HAVE CANCER, I HATE CANCER, AND I'M KILLING CANCER"
Semua keluarga yang menyaksikan perjuangannya setuju bahwa Ochie tidak mau diintimidasi oleh penyakitnya. Tidak sekalipun kelihatan anak kecil ini mengeluh. Setiap orang yang membesuknya selalu melihat senyuman menghiasi wajah Ochie.
Padahal semua orang tahu bagaimana rasa sakit yang dideritanya.
Banyak pasien lain yang mengalami derita seperti Ochie, mulai patah semangat, murung, dan tidak mau makan. Ochie sebaliknya, selalu tersenyum.
Apapun yang disediakan dia makan dengan lahap (kita bisa terkecoh, dan menyangka makanan yang dimakannya sangat lezat). Tidak heran, badannya bukan semakin kurus, malah lebih gemuk dan segar daripada sebelum didiagnosa Leukemia.
Suatu ketika, melihat Ochie yang makan dengan sangat lahap, mamanya ingin mencicipi makanannya tersebut, dan akhirnya menyadari ternyata makanan itu sangat plain, tidak seperti yang dibayangkan. Sang mama menangis dalam hati menyadari betapa putrinya ini sangat berjuang melawan Leukemia.
"MAMA, RUMAH BARUKU SUDAH SELESAI...."
Setelah 10 bulan berjuang, akhirnya Ochie menghembuskan nafas terakhir, 4 Oktober 2011 di tengah keluarga yang mengasihinya. Ia sempat berpesan kepada adiknya Catherine supaya menjaga kesehatannya, Ochie sempat memeluk erat papanya, dan ia juga mengucapkan terima kasih kepada mama yang tidak pernah lelah menemani dan merawatnya selama sakit.
Banyak orang yang mengenalnya menangis dan bertanya "WHY GOD?"
Selama 10 bulan semua keluarga tahu bagaimana Ochie dan seluruh keluarga berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan. Papanya meninggalkan pekerjaannya selama 10 bulan untuk bisa mendampingi Ochie, sang mama juga selalu ada di sampingnya, merawat Ochie sambil tekun berdoa memohon kemurahan Tuhan untuk kesembuhan anak terkasih. Setiap pagi dan malam di RS mereka membaca firman Tuhan, memuji, menyembah dan berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan. Keluarga ini masuk dalam keintiman yang sangat dalam kepada Tuhan, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Mulai dari dokter, suster, bahkan janitor di RS negeri tetangga ini pun mengasihi anak kecil yang tabah, dan suka tersenyum ini.
Ochie menjadi pasien favorit di RS. Ada keluarga pasien lain yang sama-sama menderita Leukemia, berwarganegara Malaysia, juga sangat mengasihi Ochie. Sering membeli keperluan-keperluan Ochie, membawakan makanan untuk Ochie.
Semua orang yang mengenalnya di sana mengasihinya..
Muncul pertanyaan: kalau manusia saja sangat mengasihi Ochie, masakan Tuhan tidak menunjukkan belas kasihnya dengan menyembuhkan Ochie?
Mengapa Tuhan? Bukankah Ochie anak yang baik? Bukankah ia meminta dengan sangat supaya Engkau menyembuhkannya? Ohhh Tuhan, .... bagaimana mungkin anak yang Kau beri otak yang pintar (angka-angka yang menghiasi raportnya rata-rata angka 9) tidak Engkau beri kesempatan berkarya bagi Tuhan lebih lagi? Ohhh Tuhan,,,,,,, Air mata membanjiri hati keluarga, dan teman-teman yang mengasihi Ochie.
Saya sebagai tantenya juga sangat berduka. Semalam sebelum kepergiannya, saya menangis berdoa di hadapan Tuhan, dengan berpegang kepada satu ayat firman Tuhan saya berdoa "Tuhan, jangan ambil Ochie di pertengahan umurnya. Ijinkan dia menggenapi seluruh rencana-Mu dalam hidupnya."
Ditengah-tengah galaunya pikiran yang dipenuhi pertanyaan "kenapa ?", satu kesaksian yang membuat hati saya bisa berkata "God makes sense" (sekalipun belum mengerti) adalah ketika kemudian mendengar bahwa dua hari sebelum pulang ke rumah Bapa, Ochie berkata kepada mamanya,
"Mama, .... rumah baruku sudah selesai."
Yesus sudah menyediakan rumah baru untuk Ochie, sehingga Ochie harus pulang. Pertandingannya sudah selesai. Ochie sudah sampai garis FINISH.
"REMEMBER ME THIS WAY"
Selama berada di rumah duka, saya melihat banyak sekali orang-orang yang mengasihi Ochie. Berbagai kalangan berusaha menunjukkan simpati. Teman-teman sekolah yang sudah 10 bulan tidak ditemuinya, menyempatkan diri datang ke rumah duka mengucapkan perpisahan terakhir kali. Bahkan mereka menulis lagu perpisahan dan menyanyikannya untuk Ochie. Mereka juga minta ijin kepada pihak sekolah agar diberi kesempatan mengantarkan Ochie ke tempat peristirahatan terakhir. Tidak hanya berseragam putih-biru selayaknya siswa SMP, bahkan banyak yang berseragam putih-abu-abu, siswa SMA. Panas terik cuaca saat itu tidak mengurungkan niat mereka untuk ikut sampai ke tempat Ochie akan dikebumikan.
Guru yang pernah mengajarnya ketika masih TK juga datang ke rumah duka. Kalau bukan karena Ochie anak yang menyenangkan, tidak mungkin guru yang mengajarnya 10 tahun yang lalu masih ingat kepadanya. Orangtua teman-temannya juga menyempatkan diri untuk menyampaikan kesaksian mereka tentang Ochie. Melihat banyaknya teman dan saudara yang mengasihinya, kita mungkin cenderung akan mengingat Ochie sebagai anak yang baik, supel, pintar bergaul, sehingga dikasihi semua.
Apakah seperti itu Ochie ingin diingat?
Sebagai seseorang yang baik dan menyenangkan ?
SHE LEFT HER FOOTPRINTS : HER DIARY
Sampai saya melihat sebuah diary, yang selama Ochie sakit dipenuhi dengan tulisan-tulisan tangannya. Sebelum membuka halaman demi halaman yang ada di dalam diary itu, apa yang ada dalam benak Anda?
Pastilah isi dari diary itu kira-kira seperti ini:
Dear Diary..... hari ini aku merasakan sakit yang luar biasa, .... aku sudah nggak kuat lagi ... Dear Diary ......kenapa ya Tuhan mengijinkan aku mengalami sakit ini?
Dear Diary... kok aku nggak sembuh-sembuh ? Tuhan kenapa nggak tolong Ochie? Apa Tuhan nggak sayang sama Ochie?
TERNYATA ...............
Yang saya temukan dalam halaman demi halaman, adalah tulisan tangan yang sangat rapi. Semua diberi garis tepi. Dan semua tulisan itu adalah alamat ayat Alkitab berikut isinya, yang selama 10 bulan Ochie berjuang telah memberi kekuatan, pengharapan, dan pengucapan syukur.
Kapan Ochie menuliskan ayat-ayat di dalam Diary ini ?
Apakah ketika ia sedang dalam kondisi agak fit? Yang sangat jarang terjadi?
Papanya bersaksi, bukan hanya ketika kondisinya baik, bahkan ketika merasa sakit pun Ochie tetap menuliskan ayat-ayat firman Tuhan yang menguatkan imannya.
Di antara ayat-ayat tersebut ada yang diberi kotak merah :
"Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada."
Saat membalik lembar demi lembar diary ini, saya bisa merasakan pergumulannya, pengharapannya, bisa merasakan kasihnya, bisa merasakan kebergantungan Ochie kepada Tuhan.
Karena Ochie tetap menulis bahkan ketika ia sedang di tengah rasa sakit yang hebat, saya bisa merasakan sukacitanya sekalipun doanya belum dijawab. Saya bisa merasakan pengucapan syukurnya, sekalipun Ochie tidak melihat adanya fakta untuk mengucap syukur.
Rasa penasaran saya membuat saya terus membuka halaman demi halaman sampai tulisan tangannya yang terakhir. Saya menghitung.
Semuanya ada 101 halaman yang berisi tulisan tangannya.
Total ada 599 ayat dari Alkitab yang ditulisnya ulang di diary ini.
WHAT WOULD YOU DO WHEN GOD DOESN'T MAKE SENSE ?
Kebanyakan orang akan complain. Mengeluh. Bersungut-sungut. Atau marah kepada Tuhan. Itu yang dilakukan jutaan bangsa Israel ketika berjalan keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.
FOOTPRINTS mereka adalah COMPLAINING.
Banyak kejadian dimana kelihatannya tindakan Tuhan tidak masuk akal.
Kenapa harus berputar kembali dan terpojok di tepi Laut Teberau menghadapi serbuan tentara Mesir? Kenapa hanya ada manna?
Kenapa harus menghadapi kehausan dan kekurangan air di padang gurun?
Kenapa Musa yang diangkat menjadi pemimpin?
Saya menemukan kata 'COMPLAIN' di perjalanan bangsa Israel tersebut lebih banyak dari pada kata 'PRAISE' atau ucapan syukur.
Apa yang dialami Ochie, bagi kami keluarganya, bagi teman-teman yang mengasihinya, sepertinya tidak masuk akal.
Tapi kalau teman-teman membaca diary Ochie, teman-teman akan melihat sosok seorang anak yang berusaha tetap mengucap syukur sekalipun dia tidak mengerti kenapa semuanya Tuhan ijinkan terjadi.
599 ayat Alkitab yang ditulisnya menggambarkan isi hati Ochie yang mungkin tidak pernah diungkapkannya kepada orang lain. Tapi diungkapkannya di hadapan Tuhan, Penciptanya.
STOP COMPLAINING. START PRAISING.
Beberapa hari setelah Ochie dikebumikan, papanya menemukan di Ipod Ochie, chatting Ochie dengan seorang temannya di Direct Message twitter.
Percakapan dengan adik kelas yang menderita kanker otak dan sama seperti Ochie harus menjalani kemoterapi dan mengalami rasa sakit yang mungkin hampir mirip dengan Ochie.
Sang adik kelas mengeluhkan tentang rasa sakit tersebut, merasa putus asa atas siksaan yang tak kunjung reda.
Apa yang Ochie tuliskan di situ?
Ochie menghibur adik kelasnya, mengatakan: "Jangan percaya perkataan vonis dokter .... Tuhan Yesus lebih berkuasa. Tuhan Yesus itu baik....."
Dan ketika papa Ochie melihat tanggal postingan chatting-chatting tersebut, air mata menetes. Itu adalah tanggal-tanggal dimana puterinya sedang merasa kesakitan,
itu adalah hari-hari dimana Ochie belum melihat tangan Tuhan menolong....
tapi Ochie menghibur temannya seolah-olah dia sudah mengalami jawaban, Ochie menguatkan sahabatnya seolah-olah dia sendiri sudah mengalami kesembuhan.
Ketika dokter di Singapore berkata 'bone marrow' (sumsum tulang) Ochie sudah rusak, Ochie menyatakan imannya di status twitternya:
"Kata dokter, bone marrowku rusak, tapi kata Tuhan Yesus 'Tidak'."
Bahkan ketika ujung dari perjuangannya, ... akhir dari imannya bukanlah kesembuhan, Ochie tidak complain, tapi mengucap syukur dalam segala keadaan. Dia percayakan hidupnya kepada Pencipta-Nya.
Apa yang akan kita lakukan saat apa yang Tuhan ijinkan tidak masuk akal?
Stop complaining. Start praising.
GOD HAS REASONS WE CANNOT SEE.
Karena Tuhan berjanji bagi semua umat-Nya, Dia tidak pernah merancangkan kecelakaan meskipun apa yang kita lihat sepertinya kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera yang membawa kita kepada hari depan yang penuh harapan.
KEEP REJOICING. KEEP PRAYING. KEEP THANKING GOD.
Ochie hanya 14 tahun hadir di dunia ini. Kehadirannya yang singkat mengajarkan saya banyak hal. Untuk tetap percaya bahwa Tuhan itu baik, ... apapun kenyataan di hadapan kita.
Apa yang saya baca dari diary tersebut membuat saya mengerti seperti apa Ochie ingin dikenang. Bukan semata sebagai anak dan kakak yang penurut dan baik, bukan hanya sebagai teman yang setia, bukan hanya sebagai murid yang pintar dan rajin, tetapi lebih dari pada itu semua, .......
Remember me this way....
As a little girl who always rejoicing,
always pray without ceasing,
and always give thanks to God in everything...
(Ochie Manik)
P.S. Tulisan ini didedikasikan untuk:
Andrika G.Manik, Ellys Silalahi, dan Catherine Manik.
Air mata belum lagi kering, tapi berbahagialah karena kalian adalah orangtua yang diberkati memiliki puteri seperti Ochie, dan adik yang harus bangga memiliki kakak yang teguh imannya seperti kak Ochie. Apa yang diperbuat Ochie dalam waktu yang singkat, telah memberkati banyak orang untuk tidak menyerah dan tetap menaruh percaya dan harap kepada Tuhan Yesus yang baik. Sambil tetap menugucap syukur kepada-Nya dalam segala keadaan.
All blessings,
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Tuesday, 15 November 2011
Ayah
Ada orang kaya raya yang punya segala-galanya, tapi hidupnya tidak bahagia. Seorang kawan mengajaknya mengunjungi sebuah panti asuhan agar hatinya bahagia dan tenteram. Namun sampai selesai acara di panti itu, hatinya masih gundah. Ia bergumam, "Kawan, engkau bohong, katanya kalau aku datang ke panti hatiku bisa bahagia......" Ia pun pulang, melangkah ke arah mobilnya dengan lesu. Baru saja kakinya melangkah keluar pintu panti asuhan, tiba-tiba seorang anak perempuan kecil menarik tangannya.
"Oom mau pulang ya ?"
"Iya," jawabnya sambil tersenyum.
"Oom, boleh gak Nanda minta sesuatu?" tanya anak kecil yang bernama Nanda.
"Boleh, apa?"
"Tapi Nanda takut gak boleh sama Oom!"
Orang kaya itu tersenyum. Ia orang kaya, apakah yang tidak bisa dibelinya, apalagi untuk anak yatim piatu yg manis ini, pastilah permintaannya akan dipenuhi.
"Memangnya Nanda mau minta apa?" tanya orang kaya itu sambil berjongkok dan memegang bahu Nanda.
"Om... Nanda cuma minta.. Nanda pengen manggil 'AYAH' ke Oom, boleh gak?"
Orang kaya itu tercengang. Tenggorokannya terasa tersumbat. Sebuah permintaan yang tidak pernah diduganya. Ternyata bukan minta boneka, bukan juga minta uang, hanya sebuah sebutan 'ayah'. Tanpa terasa hatinya bergetar.
"Boleh.. Nanda boleh panggil ayah ke Oom."
"Terima kasih..ayaah. Kapan, ayah datang lagi? Nanda boleh minta lagi ke ayah?" "Boleh, sayang, Nanda mau minta apa?"
"Nanda minta, kalo ayah datang kesini lagi, bawa fotonya ayah ya.. Nanda mau simpan di kamar Nanda. Kalo Nanda kangen sama ayah, Nanda bisa lihat foto ayah."
Orang kaya itu mengangguk. Dengan berlinang air mata orang kaya itu memeluk Nanda dan berkata, "Besok ayah kesini lagi. Ayah akan bawa foto ayah, dan akan sering ke sini menemui Nanda. Hati orang kaya itu sangat "bahagia".
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
"Oom mau pulang ya ?"
"Iya," jawabnya sambil tersenyum.
"Oom, boleh gak Nanda minta sesuatu?" tanya anak kecil yang bernama Nanda.
"Boleh, apa?"
"Tapi Nanda takut gak boleh sama Oom!"
Orang kaya itu tersenyum. Ia orang kaya, apakah yang tidak bisa dibelinya, apalagi untuk anak yatim piatu yg manis ini, pastilah permintaannya akan dipenuhi.
"Memangnya Nanda mau minta apa?" tanya orang kaya itu sambil berjongkok dan memegang bahu Nanda.
"Om... Nanda cuma minta.. Nanda pengen manggil 'AYAH' ke Oom, boleh gak?"
Orang kaya itu tercengang. Tenggorokannya terasa tersumbat. Sebuah permintaan yang tidak pernah diduganya. Ternyata bukan minta boneka, bukan juga minta uang, hanya sebuah sebutan 'ayah'. Tanpa terasa hatinya bergetar.
"Boleh.. Nanda boleh panggil ayah ke Oom."
"Terima kasih..ayaah. Kapan, ayah datang lagi? Nanda boleh minta lagi ke ayah?" "Boleh, sayang, Nanda mau minta apa?"
"Nanda minta, kalo ayah datang kesini lagi, bawa fotonya ayah ya.. Nanda mau simpan di kamar Nanda. Kalo Nanda kangen sama ayah, Nanda bisa lihat foto ayah."
Orang kaya itu mengangguk. Dengan berlinang air mata orang kaya itu memeluk Nanda dan berkata, "Besok ayah kesini lagi. Ayah akan bawa foto ayah, dan akan sering ke sini menemui Nanda. Hati orang kaya itu sangat "bahagia".
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Monday, 24 October 2011
Pelayanan Malaikat - Angelic Ministry
Kemarin sore saya mendengarkan Cindy Jacobs, seorang wanita yang dikenal sebagai Jenderal Pendoa Syafaat, berkisah tentang Mazmur 91. Dia katakan, jika Mazmur 91 diperkatakan dengan iman, maka apa yang tertulis di dalamnya akan menjadi nyata, dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa dan Maha Hebat, El Shadai, akan nyata terjadi.
Cindy Jacobs mengisahkan dua pengalaman hidupnya tentang pelayanan malaikat yang diperintahkan Tuhan untuk menjaga kita di segala jalan kita. Pertama, beberapa waktu yang lalu dia diperintahkan Tuhan untuk berdoa di Iraq. Bersama suaminya, Mike Jacobs dan beberapa orang pendoa yang berani mati masuk ke kancah peperangan Iraq, mereka terbang ke Baghdad. Pada waktu akan mendarat, pesawat terbang yang ditumpangi bergerak di luar kebiasaan, agak zig zag. Ketika ditanyakan kepada pramugari, dia menjawab bahwa ini adalah prosedur normal untuk menghindari tembakan roket dari para gerilyawan Iraq. Menghadapi bahaya di Iraq, Cindy yang diintimidasi suara setan, "Pasti kamu mati di Iraq!", Cindy mengajak teamnya memperkatakan Mazmur 91.
Sesampainya di airport, mereka baru sadar bahwa mereka tidak punya visa masuk, karena waktu berangkat dari AS, mereka percaya saja bahwa masuk Iraq tidak perlu visa masuk. Ketika mereka mengantri di konter imigrasi di depan mereka ada lelaki tinggi besar dan berkata kepada mereka. "Kalian tidak perlu visa karena kalian orang-orang VIP. Aku akan atur kalian untuk bebas pemeriksaan." Benar saja, ketika orang tinggi besar itu berbicara dengan petugas imigrasi, satu per satu rombongan Cindy langsung melewati konter imigrasi, tanpa paspor mereka di-cap, dan sepertinya petugas tersihir tak berreaksi apa-apa ketika rombongan kecil itu melewati petugas. Ketika mereka mencari-cari lelaki tinggi besar yang sudah menolong mereka lolos dari imigrasi, lelaki itu telah menghilang begitu saja.
Pengalaman kedua tentang pelayanan malaikat dialami ketika Cindy Jacobs diutus ke Venezuela. Saat itu sudah malam ketika Cindy berdua teman wanitanya sampai di bandara Venezuela. Malam dan gelap di sekitar airport dengan kantor/toko yang sudah tutup membuat apa yang pernah dikatakan orang tentang penculikan dan pembunuhan oleh kartel narkoba di Venezuela menjadi terngiang-ngiang di kepala Cindy. Kembali suara setan berkata, "Pasti kalian mati di sini!" Dia memperkatakan Mazmur 91 dan berdoa dalam bahasa roh. Saat itu airport sudah sepi. Tidak ada taksi, tidak ada orang-orang lain di sekitar situ. Tidak ada penjemput dari hotel. Ketika Cindy ingin menelpon hotel, dia tidak punya uang pesos karena belum sempat menukarkan dan money changer di situ sudah tutup. Dia juga tidak bisa membeli kartu telpon lokal untuk menelpon hotel.
Tiba-tiba datang seorang lelaki. Dengan membawa kartu telpon, dia menawarkan bantuan.
"What can I do for you?"
"I need to call the hotel."
"Let me call."
Dia menelpon dengan bahasa Spanyol yang fasih. Lalu memberikan gagang telpon kepada Cindy. "Ayo, silakan anda berbicara dengan petugas hotel ini yang akan menjemput anda segera."
Cindy menjelaskan siapa dirinya dan sudah booking hotel itu beberapa hari sebelumnya. Petugas hotel itu setuju untuk menjemput Cindy di airport. Lelaki yang menolong Cindy memperkenalkan diri. "Nama saya, Luiz, saya malaikat yang dikirim untuk menolong anda." Wow! Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Sekejap kemudian Luiz menghilang.
Janganlah ragu untuk meminta pelayanan malaikat. Pasti Dia, Yang Maha Kuasa, akan menepati janji-Nya dalam Mazmur 91....
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Cindy Jacobs mengisahkan dua pengalaman hidupnya tentang pelayanan malaikat yang diperintahkan Tuhan untuk menjaga kita di segala jalan kita. Pertama, beberapa waktu yang lalu dia diperintahkan Tuhan untuk berdoa di Iraq. Bersama suaminya, Mike Jacobs dan beberapa orang pendoa yang berani mati masuk ke kancah peperangan Iraq, mereka terbang ke Baghdad. Pada waktu akan mendarat, pesawat terbang yang ditumpangi bergerak di luar kebiasaan, agak zig zag. Ketika ditanyakan kepada pramugari, dia menjawab bahwa ini adalah prosedur normal untuk menghindari tembakan roket dari para gerilyawan Iraq. Menghadapi bahaya di Iraq, Cindy yang diintimidasi suara setan, "Pasti kamu mati di Iraq!", Cindy mengajak teamnya memperkatakan Mazmur 91.
Sesampainya di airport, mereka baru sadar bahwa mereka tidak punya visa masuk, karena waktu berangkat dari AS, mereka percaya saja bahwa masuk Iraq tidak perlu visa masuk. Ketika mereka mengantri di konter imigrasi di depan mereka ada lelaki tinggi besar dan berkata kepada mereka. "Kalian tidak perlu visa karena kalian orang-orang VIP. Aku akan atur kalian untuk bebas pemeriksaan." Benar saja, ketika orang tinggi besar itu berbicara dengan petugas imigrasi, satu per satu rombongan Cindy langsung melewati konter imigrasi, tanpa paspor mereka di-cap, dan sepertinya petugas tersihir tak berreaksi apa-apa ketika rombongan kecil itu melewati petugas. Ketika mereka mencari-cari lelaki tinggi besar yang sudah menolong mereka lolos dari imigrasi, lelaki itu telah menghilang begitu saja.
Pengalaman kedua tentang pelayanan malaikat dialami ketika Cindy Jacobs diutus ke Venezuela. Saat itu sudah malam ketika Cindy berdua teman wanitanya sampai di bandara Venezuela. Malam dan gelap di sekitar airport dengan kantor/toko yang sudah tutup membuat apa yang pernah dikatakan orang tentang penculikan dan pembunuhan oleh kartel narkoba di Venezuela menjadi terngiang-ngiang di kepala Cindy. Kembali suara setan berkata, "Pasti kalian mati di sini!" Dia memperkatakan Mazmur 91 dan berdoa dalam bahasa roh. Saat itu airport sudah sepi. Tidak ada taksi, tidak ada orang-orang lain di sekitar situ. Tidak ada penjemput dari hotel. Ketika Cindy ingin menelpon hotel, dia tidak punya uang pesos karena belum sempat menukarkan dan money changer di situ sudah tutup. Dia juga tidak bisa membeli kartu telpon lokal untuk menelpon hotel.
Tiba-tiba datang seorang lelaki. Dengan membawa kartu telpon, dia menawarkan bantuan.
"What can I do for you?"
"I need to call the hotel."
"Let me call."
Dia menelpon dengan bahasa Spanyol yang fasih. Lalu memberikan gagang telpon kepada Cindy. "Ayo, silakan anda berbicara dengan petugas hotel ini yang akan menjemput anda segera."
Cindy menjelaskan siapa dirinya dan sudah booking hotel itu beberapa hari sebelumnya. Petugas hotel itu setuju untuk menjemput Cindy di airport. Lelaki yang menolong Cindy memperkenalkan diri. "Nama saya, Luiz, saya malaikat yang dikirim untuk menolong anda." Wow! Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Sekejap kemudian Luiz menghilang.
Janganlah ragu untuk meminta pelayanan malaikat. Pasti Dia, Yang Maha Kuasa, akan menepati janji-Nya dalam Mazmur 91....
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Monday, 22 August 2011
Cincin
Raja Salomo adalah seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya.
Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya."
Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting untuk ditulis di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa dan berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya kepada sang raja. Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU".
Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana. Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang, �Dan inipun akan berlalu!�
Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, iapun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.
Betul! Ketika Anda sedang punya masalah besar ataupun kondisi sedang terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan inipun akan berlalu" (These too, will pass).
Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda mempunyai masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang.
Ingatlah....apapun yang Anda hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Raja berpesan, "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya."
Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting untuk ditulis di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa dan berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya kepada sang raja. Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, "DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU".
Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana. Tapi, suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang, �Dan inipun akan berlalu!�
Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, iapun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.
Betul! Ketika Anda sedang punya masalah besar ataupun kondisi sedang terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan inipun akan berlalu" (These too, will pass).
Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda mempunyai masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang.
Ingatlah....apapun yang Anda hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Friday, 15 July 2011
The Law of Garbage Truck
HUKUM TRUK SAMPAH
Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Sopir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan memaki ke arah kami. Sopir taxi hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada orang tersebut.
Saya sangat heran dengan sikapnya yang bersahabat.
Saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"
Saat itulah saya belajar dari sopir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".
Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa "sampah", seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, lalu lanjutkan kehidupan.
Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.
Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.
Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.
Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya. Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Sopir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan memaki ke arah kami. Sopir taxi hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada orang tersebut.
Saya sangat heran dengan sikapnya yang bersahabat.
Saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"
Saat itulah saya belajar dari sopir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".
Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa "sampah", seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, lalu lanjutkan kehidupan.
Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.
Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.
Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.
Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu menghadapinya. Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Thursday, 30 June 2011
Father
Ada sebuah kisah dari Spanyol tentang seorang ayah dan anak yang lama terpisah. Sang anak lari dari rumah, dan sang ayah mencarinya selama berbulan-bulan tanpa hasil. Akhirnya, sang ayah memasang iklan di sebuah surat kabar ibukota, berbunyi: �Paco sayang, temui aku di depan kantor surat kabar ini, jam 12 siang, hari Sabtu. Maafkan ayah, dan semuanya sudah aku maafkan. Aku mengasihimu. Ayahmu.� Di hari Sabtu itu, ada 800 orang bernama Paco berkumpul, untuk mencari kasih dan pengampunan dari seorang ayah yang sangat mengasihinya.
Statistik mengatakan bahwa orang-orang yang kehilangan kasih ayahnya akan tumbuh dengan kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri, dan menjadi kriminal yang kejam. Sekitar 70% dari penghuni penjara dengan hukuman seumur hidup adalah orang-orang yang bertumbuh tanpa ayah.
Para ayah, Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak-anak Anda. Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan �sisa-sisa� energi dan duduk menonton TV. Peluk anak-anak Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral. Dan Anda tidak akan menyesal, karena anak-anak Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan dan persiapkan.
Ayah yang sukses bukanlah pria paling kaya atau paling tinggi jabatannya di perusahaan atau lembaga pemerintahan, tetapi seorang pria yang anaknya berkata: "Aku mau menjadi seperti ayah...."
Seorang ayah lebih berharga daripada 100 orang guru di sekolah. (George Herbert)
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Statistik mengatakan bahwa orang-orang yang kehilangan kasih ayahnya akan tumbuh dengan kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri, dan menjadi kriminal yang kejam. Sekitar 70% dari penghuni penjara dengan hukuman seumur hidup adalah orang-orang yang bertumbuh tanpa ayah.
Para ayah, Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak-anak Anda. Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan �sisa-sisa� energi dan duduk menonton TV. Peluk anak-anak Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral. Dan Anda tidak akan menyesal, karena anak-anak Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan dan persiapkan.
Ayah yang sukses bukanlah pria paling kaya atau paling tinggi jabatannya di perusahaan atau lembaga pemerintahan, tetapi seorang pria yang anaknya berkata: "Aku mau menjadi seperti ayah...."
Seorang ayah lebih berharga daripada 100 orang guru di sekolah. (George Herbert)
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Monday, 20 June 2011
Amazing Boy
Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri China
Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan �Perbuatan Luar Biasa�. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu."
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
"Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!"
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan �Perbuatan Luar Biasa�. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu."
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
"Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!"
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Monday, 14 February 2011
Pertolongan Tepat Pada Waktunya - In Time Help of the Lord
Kisah ini saya dengar hari Minggu 13 Februari 2011. Pdt. Yosia Abdisaputra mengisahkan ada satu keluarga yang sedang dirundung malang. Sang suami tidak bekerja lagi, dan dia terjerat utang yang besar karena kesulitan ekonomi. Tidak ada harapan bagi keluarga ini. Sudah berkali-kali dia meminta pertolongan pekerjaan ke sana dan kesini, namun semua orang menjauhi dia, takut diminta pinjaman. Dia mempunyai 2 anak yang masih kecil-kecil, membutuhkan biaya besar untuk membesarkan mereka, namun saat itu ia tidak berdaya, tidak ada uang pemasukan untuk menopang kehidupan keluarganya. Akhirnya dia berunding dengan istrinya...untuk melakukan bunuh diri bersama. Jika ia bunuh diri sendiri, bagaimana dengan anak istrinya?
Mereka sepakat untuk bunuh diri di Puncak. Berempat mereka berangkat menyewa satu villa di Puncak. Perlengkapan bunuh diri, yaitu racun serangga, sudah disiapkan. Sebelum minum racun itu bersama-sama, sang suami teringat pada Tuhan Yesus, sehingga ia mengajak mereka berdoa terlebih dahulu sebelum bunuh diri. Ia memimpin doa dan berkata, "Tuhan Yesus, saya tahu bahwa kami tidak boleh bunuh diri, tetapi kami tidak sanggup melanjutkan kehidupan kami. Jalan kami buntu. Saya tidak punya uang untuk membayar utang-utang saya. Saya tidak punya pekerjaan, tidak punya bisnis, untuk menghidupi keluarga saya. Ampuni kami, Tuhan...." Ketika ia mengangkat gelas berisi racun itu dan akan meminum racun itu, tiba-tiba seperti ada petir menyambar gelas itu sehingga gelas itu pecah berantakan dan cairan racun itu tumpah ke lantai. Keluarga ini kaget bukan kepalang dan mereka menangis sejadi-jadinya. "Tuhan, ampuni kami!" Ternyata Tuhan tidak berkenan atas keputus-asaan mereka. Kasih Tuhan melarang mereka mencari jalan keluar dengan minum racun serangga. Kasih Tuhan terlalu besar membiarkan anak-anaknya berputusa asa. Sejak itu, sang suami tahu bahwa Tuhan pasti buka jalan, pasti akan menolong dengan cara yang ajaib. Benar saja, sejak itu ada seorang teman yang memberi pekerjaan, order untuk dikerjakan orang ini. Dan singkat cerita, akhirnya seluruh utang-utangnya dapat dilunasi dan keluarga ini hidup normal dalam berkat dan kasih karunia Tuhan.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Mereka sepakat untuk bunuh diri di Puncak. Berempat mereka berangkat menyewa satu villa di Puncak. Perlengkapan bunuh diri, yaitu racun serangga, sudah disiapkan. Sebelum minum racun itu bersama-sama, sang suami teringat pada Tuhan Yesus, sehingga ia mengajak mereka berdoa terlebih dahulu sebelum bunuh diri. Ia memimpin doa dan berkata, "Tuhan Yesus, saya tahu bahwa kami tidak boleh bunuh diri, tetapi kami tidak sanggup melanjutkan kehidupan kami. Jalan kami buntu. Saya tidak punya uang untuk membayar utang-utang saya. Saya tidak punya pekerjaan, tidak punya bisnis, untuk menghidupi keluarga saya. Ampuni kami, Tuhan...." Ketika ia mengangkat gelas berisi racun itu dan akan meminum racun itu, tiba-tiba seperti ada petir menyambar gelas itu sehingga gelas itu pecah berantakan dan cairan racun itu tumpah ke lantai. Keluarga ini kaget bukan kepalang dan mereka menangis sejadi-jadinya. "Tuhan, ampuni kami!" Ternyata Tuhan tidak berkenan atas keputus-asaan mereka. Kasih Tuhan melarang mereka mencari jalan keluar dengan minum racun serangga. Kasih Tuhan terlalu besar membiarkan anak-anaknya berputusa asa. Sejak itu, sang suami tahu bahwa Tuhan pasti buka jalan, pasti akan menolong dengan cara yang ajaib. Benar saja, sejak itu ada seorang teman yang memberi pekerjaan, order untuk dikerjakan orang ini. Dan singkat cerita, akhirnya seluruh utang-utangnya dapat dilunasi dan keluarga ini hidup normal dalam berkat dan kasih karunia Tuhan.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Sunday, 13 February 2011
Jesus is Real
Minggu lalu saya mendengar kisah yang luar biasa ini. Dessy (nama samaran) dikenal sebagai salah seorang peserta Indonesian Idol, suaranya enak didengar. Namun lebih dari itu kisah pengenalannya akan Tuhan tidak kalah menggetarkan. Ayah Dessy berasal dari Jawa, namun ibunya adalah wanita Pakistan, sehingga tidak heran jika wajah Dessy cantik. Tentu saja Dessy dibesarkan dengan ajaran agama yang ketat yang mengajarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Pada suatu malam teman Dessy bertamu di rumahnya hingga larut malam. Ketika temannya pulang, diketahui ada buku Alkitab milik temannya tertinggal di rumah Dessy. Iseng-iseng Dessy membawa Alkitab itu ke tempat tidur dan membacanya. Dessy tertarik membaca Alkitab sampai dia menemukan tulisan bahwa Yesus itu nyata. Setelah membaca Alkitab, hati Dessy diliputi dengan kegelisahan. Masa Yesus itu nyata? Mana mungkin? Dia kan cuma manusia? Ketika Dessy bersembahyang tahajud larut malam itu, dia tidak hanya melafalkan doa-doa yang biasa, namun ia mengajukan permintaan khusus, "Jika Yesus itu nyata, tunjukkanlah kepadaku." Setelah doa itu, tentu saja ia tidur. Dessy biasa tidur dengan lampu kamar dimatikan. Antara mimpi dan sadar, tiba-tiba ia melihat secercah cahaya masuk menembus sisi pintu kamarnya. Lalu pintu terbuka, dan muncullah sesosok wajah yang ia lihat hanya bagian mukanya saja karena dalam gelap. Mata-Nya sangat jernih, sangat penuh kasih, sangat penuh damai. Ia belum pernah melihat sepasang mata seperti itu di dunia ini. Yang mengagetkan, Ia tersenyum ke arah Dessy. "Lihat, Aku ini nyata...Aku mengasihimu."
Sejak pertemuan yang tak pernah dibayangkan itu dengan Tuhan Yesus, Dessy semakin ingin mengenal kekristenan. Ia bertanya kepada temannya yang telah ketinggalan Alkitab itu. Dengan sembunyi-sembunyi kemudian Dessy datang ke gereja. Oleh temannya Dessy diajarkan lagu-lagu rohani dan temannya meminta Dessy menyanyi dalam kebaktian. Ketika pertama kali ia naik mimbar, ia menyanyikan lagu "Bagai Rajawali". Pada saat di atas panggung, Dessy mendengar suara di telinga kirinya, "Inilah jalanmu..." Dan ketika ia turun panggung, seorang anak kecil menyapanya dan berkata, "Kak Dessy, tadi saya melihat ada Tuhan Yesus di sebelah kiri kakak...."
Sejak saat itu semakin mantap hatinya untuk percaya dan mengikut Yesus, akhirnya Dessy memberi diri dibaptis pada bulan April 2010 yang lalu. Ketika keluarganya, ayah dan ibunya mengetahui hal itu, mereka marah besar. Karena Dessy tidak mau kembali ke ajarannya yang semula, maka Dessy diancam akan dibunuh dan lari dari rumah orang-tuanya, dan anak Dessy disandera orang tuanya.
Bukan itu saja pergumulan Dessy. Dari temannya diketahui bahwa ayah Dessy mengancam akan menceraikan ibunya karena dianggap tidak mampu mendidik Dessy sehingga Dessy murtad. Kalau sampai ayah ibunya bercerai gara-gara iman Dessy yang baru, Dessy sangat terpukul. Dia sering bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa setelah aku percaya kepada-Mu, hidupku jadi begini? Ayah ibuku mau bercerai. Tolonglah kami Tuhan." Karena kecewa dengan keadaannya, Dessy membatalkan janji pelayanannya dimana-mana. Ia mengurung diri. Ia tidak mau ikut ke gereja lagi. Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang setia. Ia tidak pernah mencobai kita lebih dari pada kekuatan kita, dan pada waktu kita ada dalam pencobaan, Dia memberi jalan keluar. Ya, akhirnya Dessy mendengar kabar baik bahwa ayah ibunya tidak jadi bercerai. Namun masih ada kerinduan Dessy yang masih belum dijawab Tuhan, yaitu agar ia dapat berkumpul dengan anaknya dan orangtuanya, dan ia terus berdoa agar orang tua dan saudara-saudaranya dapat mengenal kasih Bapa yang rela mengorbankan anak-Nya, Yesus Kristus di kayu salib, agar semua orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Ketika Dessy menutup kesaksiannya dengan menyanyikan lagu "You Are My Hiding Place", mata saya berkaca-kaca, karena suara Dessy bagaikan aliran roh yang sungguh-sungguh mengakui bahwa Yesus itu adalah batu perlindungan, tempat persembunyian di kala kita ada dalam pergumulan topan dan badai. Haleluyah!
Ditulis/Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Pada suatu malam teman Dessy bertamu di rumahnya hingga larut malam. Ketika temannya pulang, diketahui ada buku Alkitab milik temannya tertinggal di rumah Dessy. Iseng-iseng Dessy membawa Alkitab itu ke tempat tidur dan membacanya. Dessy tertarik membaca Alkitab sampai dia menemukan tulisan bahwa Yesus itu nyata. Setelah membaca Alkitab, hati Dessy diliputi dengan kegelisahan. Masa Yesus itu nyata? Mana mungkin? Dia kan cuma manusia? Ketika Dessy bersembahyang tahajud larut malam itu, dia tidak hanya melafalkan doa-doa yang biasa, namun ia mengajukan permintaan khusus, "Jika Yesus itu nyata, tunjukkanlah kepadaku." Setelah doa itu, tentu saja ia tidur. Dessy biasa tidur dengan lampu kamar dimatikan. Antara mimpi dan sadar, tiba-tiba ia melihat secercah cahaya masuk menembus sisi pintu kamarnya. Lalu pintu terbuka, dan muncullah sesosok wajah yang ia lihat hanya bagian mukanya saja karena dalam gelap. Mata-Nya sangat jernih, sangat penuh kasih, sangat penuh damai. Ia belum pernah melihat sepasang mata seperti itu di dunia ini. Yang mengagetkan, Ia tersenyum ke arah Dessy. "Lihat, Aku ini nyata...Aku mengasihimu."
Sejak pertemuan yang tak pernah dibayangkan itu dengan Tuhan Yesus, Dessy semakin ingin mengenal kekristenan. Ia bertanya kepada temannya yang telah ketinggalan Alkitab itu. Dengan sembunyi-sembunyi kemudian Dessy datang ke gereja. Oleh temannya Dessy diajarkan lagu-lagu rohani dan temannya meminta Dessy menyanyi dalam kebaktian. Ketika pertama kali ia naik mimbar, ia menyanyikan lagu "Bagai Rajawali". Pada saat di atas panggung, Dessy mendengar suara di telinga kirinya, "Inilah jalanmu..." Dan ketika ia turun panggung, seorang anak kecil menyapanya dan berkata, "Kak Dessy, tadi saya melihat ada Tuhan Yesus di sebelah kiri kakak...."
Sejak saat itu semakin mantap hatinya untuk percaya dan mengikut Yesus, akhirnya Dessy memberi diri dibaptis pada bulan April 2010 yang lalu. Ketika keluarganya, ayah dan ibunya mengetahui hal itu, mereka marah besar. Karena Dessy tidak mau kembali ke ajarannya yang semula, maka Dessy diancam akan dibunuh dan lari dari rumah orang-tuanya, dan anak Dessy disandera orang tuanya.
Bukan itu saja pergumulan Dessy. Dari temannya diketahui bahwa ayah Dessy mengancam akan menceraikan ibunya karena dianggap tidak mampu mendidik Dessy sehingga Dessy murtad. Kalau sampai ayah ibunya bercerai gara-gara iman Dessy yang baru, Dessy sangat terpukul. Dia sering bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa setelah aku percaya kepada-Mu, hidupku jadi begini? Ayah ibuku mau bercerai. Tolonglah kami Tuhan." Karena kecewa dengan keadaannya, Dessy membatalkan janji pelayanannya dimana-mana. Ia mengurung diri. Ia tidak mau ikut ke gereja lagi. Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang setia. Ia tidak pernah mencobai kita lebih dari pada kekuatan kita, dan pada waktu kita ada dalam pencobaan, Dia memberi jalan keluar. Ya, akhirnya Dessy mendengar kabar baik bahwa ayah ibunya tidak jadi bercerai. Namun masih ada kerinduan Dessy yang masih belum dijawab Tuhan, yaitu agar ia dapat berkumpul dengan anaknya dan orangtuanya, dan ia terus berdoa agar orang tua dan saudara-saudaranya dapat mengenal kasih Bapa yang rela mengorbankan anak-Nya, Yesus Kristus di kayu salib, agar semua orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Ketika Dessy menutup kesaksiannya dengan menyanyikan lagu "You Are My Hiding Place", mata saya berkaca-kaca, karena suara Dessy bagaikan aliran roh yang sungguh-sungguh mengakui bahwa Yesus itu adalah batu perlindungan, tempat persembunyian di kala kita ada dalam pergumulan topan dan badai. Haleluyah!
Ditulis/Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Thank You Notes
Thank you atas pesanan buku "Mukjizat Kehidupan" oleh Ibu Chaterina. Buku akan segera dikirim dg Pos Kilat Khusus ke alamat rumah. Gbu.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Friday, 11 February 2011
Kasih Ibu - Love of a Mother
Semenjak kecil, saya takut untuk memperingati hari ibu karena tak berapa lama setelah saya lahir, saya dibuang oleh ibu saya.
Setiap kali peringatan hari ibu, saya selalu merasa tidak leluasa karena selama peringatan hari ibu semua acara televisi menayangkan lagu tentang kasih ibu, begitu juga dengan radio dan bahkan iklan biskuit pun juga menggunakan lagu tentang hari ibu.
Saya tidak bisa meresapi lagu-lagu seperti itu. Setelah sebulan lebih saya dilahirkan, saya ditemukan oleh seseorang di stasiun kereta api Xin Zhu. Para polisi yang berada di sekitar stasiun itu kebinggungan untuk menyusui saya.
Tapi pada akhirnya, mereka bisa menemukan seorang ibu yang bisa menyusui saya. Kalau bukan karena dia, saya pasti sudah menanggis dan sakit. Setelah saya selesai disusui dan tertidur dengan tenang, para polisi pelan-pelan membawa saya ke De Lan Center di kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu. Hal ini membuat para biarawati yang sepanjang hari tertawa ria akhirnya pusing tujuh keliling.
Saya tidak pernah melihat ibu saya. Semasa kecil saya hanya tahu kalau saya dibesarkan oleh para biarawati. Pada malam hari, di saat anak-anak yang lain sedang belajar, saya yang tidak ada kerjaan hanya bisa menggangu para biarawati. Pada saat mereka masuk ke altar untuk mengikuti kelas malam, saya juga akan ikut masuk kedalam.
Terkadang saya bermain di bawah meja altar, mengganggu biarawati yang sedang berdoa dengan membuat wajah-wajah yang aneh. Dan lebih sering lagi ketiduran sambil bersandar di samping biarawati.
Biarawati yang baik hati itu tidak menunggu kelas berakhir terlebih dahulu, tetapi dia langsung menggendong saya naik untuk tidur. Saya curiga apakah mereka menyukai saya karena mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari altar.
Walaupun kami adalah anak-anak yang terbuang, tetapi sebagian besar dari kami masih memiliki keluarga. Pada saat tahun baru ataupun hari raya, banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedangkan saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu.
Juga karena inilah para biarawati sangat memperhatikan anak-anak yang tidak memiliki sanak saudara sehingga mereka tidak memperbolehkan anak-anak lain menggangu kami. Sejak kecil prestasi saya cukup bagus dan para biarawati mencarikan banyak pekerja sosial untuk menjadi guru saya.
Kalau dihitung-hitung sudah cukup banyak yang menjadi pengajar saya. Mereka adalah lulusan dan dosen dari universitas Jiao dan universitas Qing, lembaga penelitian, dan insinyur. Guru yang mengajarkan saya IPA pada tahun sebelumnya adalah seorang mahasiswa dan sekarang dia telah menjadi asisten dosen. Guru yang mengajari saya Bahasa Inggris adalah seorang yang jenius. Tidak heran sejak kecil kemampuan saya dalam berbahasa Inggris sudah bagus.
Para biarawati juga memaksa saya untuk belajar piano. Semenjak kelas 4 SD, saya telah menjadi pianis di gereja dan pada saat misa saya yang bertanggung jawab untuk bermain piano. Karena didikan yang saya dapatkan di gereja, kemampuan berbicara saya pun juga bagus. Di sekolah saya sering mengikuti lomba berpidato, pernah juga menjadi perwakilan alumni untuk mengikuti debat.
Tetapi saya sama sekali tidak pernah mendapatkan peran yang penting dalam acara peringatan hari ibu.
Walaupun saya suka memainkan piano tetapi saya mempunyai satu prinsip. Saya tidak akan memainkan lagu-lagu yang berhubungan dengan hari ibu, kecuali jika ada orang yang memaksa saya. Tetapi tetap saja saya tidak akan memainkan lagu-lagu tersebut atas dasar keinginan saya sendiri.
Terkadang saya pernah berpikir, siapakah ibu saya? Saat membaca novel, saya menebak bahwa saya adalah anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.
Mungkin karena kepintaran saya yang cukup bagus, ditambah lagi dengan adanya bantuan dari pengajar yang sepenuh hati membantu, saya dengan lancar bisa lolos ujian masuk jurusan arsitektur di Universitas Xin Zhu. Saya menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Biarawati Sun yang membesarkan saya terkadang datang mengunjungi saya.
Jika teman-teman kuliah saya yang bandel-bandel itu melihat biarawati Sun, mereka akan langsung berubah menjadi kalem. Banyak teman-teman saya yang setelah mengetahui latar belakang saya, datang menghibur saya. Mereka juga mengakui, bahwa saya mempunyai pembawaan yang baik, dikarenakan saya dibesarkan oleh para biarawati.
Saat wisuda, orang tua dari mahasiswa lain semua berdatangan, sedangkan keluarga saya satu-satunya yang hadir hanya biarawati Sun.
Kepala jurusan saya bahkan meminta biarawati Sun untuk foto bersama.
Di masa wajib militer, saya kembali ke De Lan Center. Tiba-tiba saja di hari itu biarawati Sun ingin membicarakan hal yang serius dengan saya. Dia mengambil sebuah amplop surat dari raknya dan dia mempersilahkan saya untuk melihat isi-isi dari amplop surat itu.
Di dalam amplop surat itu, terdapat dua lembar tiket kereta.
Biarawati Sun berkata pada saya bahwa pada saat polisi mengantar saya ke tempat ini, dalam baju saya terselip dua lembar tiket perjalanan dari tempat tinggal asal ibu saya menuju stasiun Xin Zhu.
Tiket pertama adalah tiket bus dari salah satu tempat di bagian selatan menuju ke Ping Dong. Dan tiket yang satunya lagi adalah tiket kereta api dari Ping Dong ke Xin Zhu. Ini adalah tiket kereta api yang lambat. Dari situ saya baru tahu bahwa ibu kandung saya bukanlah orang yang berada.
Biarawati Sun mengatakan pada saya bahwa mereka biasanya tidak suka mencari latar belakang dari bayi-bayi yang telah ditinggalkan. Oleh karena itu, mereka menyimpan dua tiket kereta ini dan memutuskan untuk memberikannya pada saat saya sudah dewasa.
Mereka telah lama mengamati saya dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang rasional. Jadi seharusnya saya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Mereka pernah pergi ke kota kecil ini dan menemukan bahwa jumlah penduduk kota kecil itu tidak banyak. Jadi jika saya benar-benar ingin mencari keluarga saya, seharusnya saya tidak akan menemui kesulitan.
Saya selalu terpikir untuk bertemu dengan orang tua saya. Tetapi setelah memegang dua tiket ini, mulai timbul keraguan dalam hati saya. Saya sekarang hidup dengan baik, mempunyai ijazah lulusan S1, dan bahkan memiliki seorang teman wanita akan menjadi teman hidup saya.
Mengapa saya harus melihat ke masa lalu? Mencari masa lalu yang benar-benar asing bagi saya. Lagi pula besar kemungkinan kenyataan yang didapatkan adalah hal yang tidak menyenangkan.
Biarawati Sun justru mendukung saya untuk pergi ke kota asal ibu saya. Dia menggangap kalau saya akan memiliki masa depan yang cerah.
Jika teka-teki tentang asal-usul kelahiran saya tidak dijadikan alasan sebagai bayangan gelap dalam diri saya, dia terus membujuk diri saya untuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi, yang seharusnya tidak akan menggoyahkan kepercayaan diri saya terhadap masa depan saya.
Saya akhirnya berangkat ke kota yang berada di daerah pegunungan, yang bahkan tidak pernah saya dengar namanya. Dari kota Ping Dong saya harus naik kereta api selama satu jam lebih untuk tiba di sana .
Saat musim dingin, walaupun berada di daerah selatan, di kota ini hanya terdapat satu kantor polisi, satu pos kota, satu Sekolah Dasar, dan satu Sekolah Menengah Pertama, selain itu tidak ada lagi gedung yang lainnya.
Saya bolak-balik ke kantor polisi dan pos kota untuk mencari data kelahiran saya. Akhirnya saya menemukan dua dokumen yang berhubungan dengan diri saya. Dokumen pertama adalah data mengenai kelahiran seorang anak laki-laki. Dokumen kedua adalah data laporan kehilangan anak.
Hilangnya anak itu adalah di saat hari kedua saya dibuang satu bulan lebih setelah saya dilahirkan. Menurut keterangan dari biarawati, saya ditemukan di stasiun Xin Zhu. Sepertinya saya sudah menemukan data-data kelahiran saya.
Sekarang masalahnya adalah ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya juga telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Kakak saya telah meninggalkan kota dan tidak tahu ke mana perginya.
Karena ini adalah kota kecil, maka semua orang saling mengenal.
Seorang polisi tua di kantor polisi memberitahu saya, bahwa ibu saya selalu bekerja di SMP. Dia lalu membawa saya menemui kepala SMP itu.
Kepala sekolah itu adalah seorang wanita dan beliau menyambut saya dengan ramah. Dia membenarkan bahwa ibu saya pernah bekerja di sini.
Dan beliau sangat baik hati, sedangkan ayah saya adalah orang yang sangat malas. Saat pria yang lain pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, hanya ayah yang tidak mau pergi. Di kota kecil, ayah hanya bekerja sebagai pekerja musiman. Padahal di dalam kota sama sekali tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan.
Oleh karena itu, seumur hidup dia hanya mengandalkan ibu saya yang bekerja sebagai pekerja kasar. Karena tidak memiliki pekerjaan, suasana hatinya menjadi sangat tidak baik. Jadi seringkali dia mabuk- mabukan.
Dan setelah mabuk, terkadang ayah memukul ibu atau kakak saya. Walaupun setelah itu ayah merasa menyesal, kebiasaan buruk ini sangat susah untuk diubah. Ibu dan saudara saya terusik seumur hidup olehnya. Pada saat kakak duduk di kelas dua SMP, dia kabur dari rumah dan semenjak saat itu ayah tidak pernah kembali lagi.
Sepengetahuan ibu kepala sekolah, ibu itu memiliki anak kedua. Namun setelah berumur satu bulan lebih, secara misterius anak itu menghilang begitu saja. Saat ibu kepala sekolah tahu bahwa saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di daerah utara, beliau mulai menanyakan banyak hal kepada saya dan saya menjelaskannya satu per satu.
Beliau mulai tergerak hatinya dan kemudian mengeluarkan selembar amplop surat . Amplop ini ditinggalkan ibu saya sebelum ibu meninggal dan ditemukan di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir bahwa di dalamnya pasti terdapat barang-barang yang bermakna. Oleh karena itu, dia menyimpannya dan menunggu sampai ada keluarganya yang datang mengambil.
Dengan tangan yang gemetar, saya membuka amplop itu. Dalam amplop itu berisi tiket kereta api. Semua itu adalah tiket-tiket perjalanan dari kota kecil di bagian selatan ini menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, dan semuanya disimpan dengan baik.
Kepala sekolah memberitahu saya bahwa setiap setengah tahun sekali, ibu saya pergi ke daerah di bagian utara untuk menemui salah satu saudaranya.
Namun, tidak ada satu orangpun yang mengenal siapa saudara itu.
Mereka hanya merasa bahwa setiap ibu saya kembali dari sana , suasana hatinya menjadi sangat baik.
Ibu saya menganut agama Budha di hari tuanya. Hal yang paling membanggakan baginya adalah ia berhasil membujuk beberapa orang kaya beragama Budha untuk mengumpulkan dana sebesar NT 1.000.000 yang disumbangkan ke panti asuhan yang dikelola oleh agama Katolik. Pada hari penyerahan dana, ibu saya juga ikut hadir.
Saya merasa merinding seketika. Pada suatu kali, ada satu bus pariwisata yang membawa para penganut agama Budha yang berasal dari daerah selatan. Mereka membawa selembar cek bernilai NT 1.000.000 untuk disumbangkan ke De Lan Center.
Para biarawati sangat berterimakasih dan mereka mengumpulkan semua anak-anak untuk berfoto bersama para penyumbang. Pada saat itu, saya yang sedang bermain basket. Saya juga ikut dipanggil dan dengan tidak rela, saya pun ikut berfoto bersama mereka. Sekarang saya menemukan foto itu di dalam amplop ini. Saya meminta orang untuk menunjukkan yang mana ibu saya. Saya tersentak seketika.
Yang lebih membuat saya terharu adalah di dalamnya terdapat foto kenangan- kenangan wisuda saya yang telah difotokopi. Foto itu adalah foto saya bersama teman-teman saya yang sedang mengenakan topi toga. Saya juga termasuk di dalam foto itu. Ibu saya, walaupun telah membuang saya, tetap datang mengunjungi saya. Mungkin saja ! dia juga menghadiri acara wisuda saya.
Dengan suara tenang, kepala sekolah berkata, �Kamu seharusnya berterima kasih pada ibumu.
Dia membuangmu demi mencarikanmu lingkungan hidup yang lebih baik. Jika kamu tetap tinggal di sini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada orang yang mengecap pendidikan SMU.
Lebih gawatnya lagi, jika kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu setiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi.� Kepala sekolah kemudian memanggil guru yang lain untuk menceritakan hal-hal tentang saya.
Semuanya mengucapkan selamat karena saya bisa lulus dari Universitas Guo Li. Ada seorang guru yang berkata, bahwa di sini belum ada murid yang berhasil masuk ke Universitas Guo Li.
Saya tiba-tiba tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya bertanya kepada kepala sekolah apakah di dalam sekolah ada piano. Beliau berkata bahwa pianonya bukan piano yang cukup bagus, tetapi terdapat organ yang masih baru.
Saya membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela dan saya memainkan satu per satu lagu tentang ibu. Saya ingin orang-orang tahu, walaupun saya dibesarkan di panti asuhan tetapi saya bukanlah yatim piatu karena saya memiliki para biarawati yang baik hati dan senantiasa mendidik saya.
Mereka bagaikan ibu yang membesarkan saya, mengapa saya tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu saya sendiri? Dan juga ibu saya selalu memperhatikan saya. Ketegasan dan pengorbanannya lah yang membuat saya memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang gemilang.
Prinsip yang saya tetapkan telah dilenyapkan. Saya bukan saja bisa memainkan lagu peringatan hari ibu, tetapi saya juga bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi.
Suara piano juga tersebar ke seluruh sekolah dan suara piano saya pasti berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini, penduduk- penduduk di kota kecil akan bertanya, �Kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?� Bagi saya hari ini adalah hari ibu.
Sebuah amplop yang dipenuhi tiket kereta api membuat saya untuk selamanya tidak takut untuk memperingati hari ibu.
Ini adalah sebuah kisah nyata dari rektor Universitas Ji Nan yang bernama Li Jia Tong.
Saudaraku terkasih,
�Berterima kasihlah kepada mereka yang telah membesarkan dan membimbing kita, hingga kita dewasa dan mencapai sebuah kesuksesan. Sekalipun mereka bukanlah ibu atau ayah kandung kita. Tetapi ingatlah selalu budi yang telah diberikan kepada kita, hingga kita bisa seperti sekarang ini�.
LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian
Setiap kali peringatan hari ibu, saya selalu merasa tidak leluasa karena selama peringatan hari ibu semua acara televisi menayangkan lagu tentang kasih ibu, begitu juga dengan radio dan bahkan iklan biskuit pun juga menggunakan lagu tentang hari ibu.
Saya tidak bisa meresapi lagu-lagu seperti itu. Setelah sebulan lebih saya dilahirkan, saya ditemukan oleh seseorang di stasiun kereta api Xin Zhu. Para polisi yang berada di sekitar stasiun itu kebinggungan untuk menyusui saya.
Tapi pada akhirnya, mereka bisa menemukan seorang ibu yang bisa menyusui saya. Kalau bukan karena dia, saya pasti sudah menanggis dan sakit. Setelah saya selesai disusui dan tertidur dengan tenang, para polisi pelan-pelan membawa saya ke De Lan Center di kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu. Hal ini membuat para biarawati yang sepanjang hari tertawa ria akhirnya pusing tujuh keliling.
Saya tidak pernah melihat ibu saya. Semasa kecil saya hanya tahu kalau saya dibesarkan oleh para biarawati. Pada malam hari, di saat anak-anak yang lain sedang belajar, saya yang tidak ada kerjaan hanya bisa menggangu para biarawati. Pada saat mereka masuk ke altar untuk mengikuti kelas malam, saya juga akan ikut masuk kedalam.
Terkadang saya bermain di bawah meja altar, mengganggu biarawati yang sedang berdoa dengan membuat wajah-wajah yang aneh. Dan lebih sering lagi ketiduran sambil bersandar di samping biarawati.
Biarawati yang baik hati itu tidak menunggu kelas berakhir terlebih dahulu, tetapi dia langsung menggendong saya naik untuk tidur. Saya curiga apakah mereka menyukai saya karena mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari altar.
Walaupun kami adalah anak-anak yang terbuang, tetapi sebagian besar dari kami masih memiliki keluarga. Pada saat tahun baru ataupun hari raya, banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedangkan saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu.
Juga karena inilah para biarawati sangat memperhatikan anak-anak yang tidak memiliki sanak saudara sehingga mereka tidak memperbolehkan anak-anak lain menggangu kami. Sejak kecil prestasi saya cukup bagus dan para biarawati mencarikan banyak pekerja sosial untuk menjadi guru saya.
Kalau dihitung-hitung sudah cukup banyak yang menjadi pengajar saya. Mereka adalah lulusan dan dosen dari universitas Jiao dan universitas Qing, lembaga penelitian, dan insinyur. Guru yang mengajarkan saya IPA pada tahun sebelumnya adalah seorang mahasiswa dan sekarang dia telah menjadi asisten dosen. Guru yang mengajari saya Bahasa Inggris adalah seorang yang jenius. Tidak heran sejak kecil kemampuan saya dalam berbahasa Inggris sudah bagus.
Para biarawati juga memaksa saya untuk belajar piano. Semenjak kelas 4 SD, saya telah menjadi pianis di gereja dan pada saat misa saya yang bertanggung jawab untuk bermain piano. Karena didikan yang saya dapatkan di gereja, kemampuan berbicara saya pun juga bagus. Di sekolah saya sering mengikuti lomba berpidato, pernah juga menjadi perwakilan alumni untuk mengikuti debat.
Tetapi saya sama sekali tidak pernah mendapatkan peran yang penting dalam acara peringatan hari ibu.
Walaupun saya suka memainkan piano tetapi saya mempunyai satu prinsip. Saya tidak akan memainkan lagu-lagu yang berhubungan dengan hari ibu, kecuali jika ada orang yang memaksa saya. Tetapi tetap saja saya tidak akan memainkan lagu-lagu tersebut atas dasar keinginan saya sendiri.
Terkadang saya pernah berpikir, siapakah ibu saya? Saat membaca novel, saya menebak bahwa saya adalah anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.
Mungkin karena kepintaran saya yang cukup bagus, ditambah lagi dengan adanya bantuan dari pengajar yang sepenuh hati membantu, saya dengan lancar bisa lolos ujian masuk jurusan arsitektur di Universitas Xin Zhu. Saya menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Biarawati Sun yang membesarkan saya terkadang datang mengunjungi saya.
Jika teman-teman kuliah saya yang bandel-bandel itu melihat biarawati Sun, mereka akan langsung berubah menjadi kalem. Banyak teman-teman saya yang setelah mengetahui latar belakang saya, datang menghibur saya. Mereka juga mengakui, bahwa saya mempunyai pembawaan yang baik, dikarenakan saya dibesarkan oleh para biarawati.
Saat wisuda, orang tua dari mahasiswa lain semua berdatangan, sedangkan keluarga saya satu-satunya yang hadir hanya biarawati Sun.
Kepala jurusan saya bahkan meminta biarawati Sun untuk foto bersama.
Di masa wajib militer, saya kembali ke De Lan Center. Tiba-tiba saja di hari itu biarawati Sun ingin membicarakan hal yang serius dengan saya. Dia mengambil sebuah amplop surat dari raknya dan dia mempersilahkan saya untuk melihat isi-isi dari amplop surat itu.
Di dalam amplop surat itu, terdapat dua lembar tiket kereta.
Biarawati Sun berkata pada saya bahwa pada saat polisi mengantar saya ke tempat ini, dalam baju saya terselip dua lembar tiket perjalanan dari tempat tinggal asal ibu saya menuju stasiun Xin Zhu.
Tiket pertama adalah tiket bus dari salah satu tempat di bagian selatan menuju ke Ping Dong. Dan tiket yang satunya lagi adalah tiket kereta api dari Ping Dong ke Xin Zhu. Ini adalah tiket kereta api yang lambat. Dari situ saya baru tahu bahwa ibu kandung saya bukanlah orang yang berada.
Biarawati Sun mengatakan pada saya bahwa mereka biasanya tidak suka mencari latar belakang dari bayi-bayi yang telah ditinggalkan. Oleh karena itu, mereka menyimpan dua tiket kereta ini dan memutuskan untuk memberikannya pada saat saya sudah dewasa.
Mereka telah lama mengamati saya dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang rasional. Jadi seharusnya saya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Mereka pernah pergi ke kota kecil ini dan menemukan bahwa jumlah penduduk kota kecil itu tidak banyak. Jadi jika saya benar-benar ingin mencari keluarga saya, seharusnya saya tidak akan menemui kesulitan.
Saya selalu terpikir untuk bertemu dengan orang tua saya. Tetapi setelah memegang dua tiket ini, mulai timbul keraguan dalam hati saya. Saya sekarang hidup dengan baik, mempunyai ijazah lulusan S1, dan bahkan memiliki seorang teman wanita akan menjadi teman hidup saya.
Mengapa saya harus melihat ke masa lalu? Mencari masa lalu yang benar-benar asing bagi saya. Lagi pula besar kemungkinan kenyataan yang didapatkan adalah hal yang tidak menyenangkan.
Biarawati Sun justru mendukung saya untuk pergi ke kota asal ibu saya. Dia menggangap kalau saya akan memiliki masa depan yang cerah.
Jika teka-teki tentang asal-usul kelahiran saya tidak dijadikan alasan sebagai bayangan gelap dalam diri saya, dia terus membujuk diri saya untuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi, yang seharusnya tidak akan menggoyahkan kepercayaan diri saya terhadap masa depan saya.
Saya akhirnya berangkat ke kota yang berada di daerah pegunungan, yang bahkan tidak pernah saya dengar namanya. Dari kota Ping Dong saya harus naik kereta api selama satu jam lebih untuk tiba di sana .
Saat musim dingin, walaupun berada di daerah selatan, di kota ini hanya terdapat satu kantor polisi, satu pos kota, satu Sekolah Dasar, dan satu Sekolah Menengah Pertama, selain itu tidak ada lagi gedung yang lainnya.
Saya bolak-balik ke kantor polisi dan pos kota untuk mencari data kelahiran saya. Akhirnya saya menemukan dua dokumen yang berhubungan dengan diri saya. Dokumen pertama adalah data mengenai kelahiran seorang anak laki-laki. Dokumen kedua adalah data laporan kehilangan anak.
Hilangnya anak itu adalah di saat hari kedua saya dibuang satu bulan lebih setelah saya dilahirkan. Menurut keterangan dari biarawati, saya ditemukan di stasiun Xin Zhu. Sepertinya saya sudah menemukan data-data kelahiran saya.
Sekarang masalahnya adalah ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya juga telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Kakak saya telah meninggalkan kota dan tidak tahu ke mana perginya.
Karena ini adalah kota kecil, maka semua orang saling mengenal.
Seorang polisi tua di kantor polisi memberitahu saya, bahwa ibu saya selalu bekerja di SMP. Dia lalu membawa saya menemui kepala SMP itu.
Kepala sekolah itu adalah seorang wanita dan beliau menyambut saya dengan ramah. Dia membenarkan bahwa ibu saya pernah bekerja di sini.
Dan beliau sangat baik hati, sedangkan ayah saya adalah orang yang sangat malas. Saat pria yang lain pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, hanya ayah yang tidak mau pergi. Di kota kecil, ayah hanya bekerja sebagai pekerja musiman. Padahal di dalam kota sama sekali tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan.
Oleh karena itu, seumur hidup dia hanya mengandalkan ibu saya yang bekerja sebagai pekerja kasar. Karena tidak memiliki pekerjaan, suasana hatinya menjadi sangat tidak baik. Jadi seringkali dia mabuk- mabukan.
Dan setelah mabuk, terkadang ayah memukul ibu atau kakak saya. Walaupun setelah itu ayah merasa menyesal, kebiasaan buruk ini sangat susah untuk diubah. Ibu dan saudara saya terusik seumur hidup olehnya. Pada saat kakak duduk di kelas dua SMP, dia kabur dari rumah dan semenjak saat itu ayah tidak pernah kembali lagi.
Sepengetahuan ibu kepala sekolah, ibu itu memiliki anak kedua. Namun setelah berumur satu bulan lebih, secara misterius anak itu menghilang begitu saja. Saat ibu kepala sekolah tahu bahwa saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di daerah utara, beliau mulai menanyakan banyak hal kepada saya dan saya menjelaskannya satu per satu.
Beliau mulai tergerak hatinya dan kemudian mengeluarkan selembar amplop surat . Amplop ini ditinggalkan ibu saya sebelum ibu meninggal dan ditemukan di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir bahwa di dalamnya pasti terdapat barang-barang yang bermakna. Oleh karena itu, dia menyimpannya dan menunggu sampai ada keluarganya yang datang mengambil.
Dengan tangan yang gemetar, saya membuka amplop itu. Dalam amplop itu berisi tiket kereta api. Semua itu adalah tiket-tiket perjalanan dari kota kecil di bagian selatan ini menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, dan semuanya disimpan dengan baik.
Kepala sekolah memberitahu saya bahwa setiap setengah tahun sekali, ibu saya pergi ke daerah di bagian utara untuk menemui salah satu saudaranya.
Namun, tidak ada satu orangpun yang mengenal siapa saudara itu.
Mereka hanya merasa bahwa setiap ibu saya kembali dari sana , suasana hatinya menjadi sangat baik.
Ibu saya menganut agama Budha di hari tuanya. Hal yang paling membanggakan baginya adalah ia berhasil membujuk beberapa orang kaya beragama Budha untuk mengumpulkan dana sebesar NT 1.000.000 yang disumbangkan ke panti asuhan yang dikelola oleh agama Katolik. Pada hari penyerahan dana, ibu saya juga ikut hadir.
Saya merasa merinding seketika. Pada suatu kali, ada satu bus pariwisata yang membawa para penganut agama Budha yang berasal dari daerah selatan. Mereka membawa selembar cek bernilai NT 1.000.000 untuk disumbangkan ke De Lan Center.
Para biarawati sangat berterimakasih dan mereka mengumpulkan semua anak-anak untuk berfoto bersama para penyumbang. Pada saat itu, saya yang sedang bermain basket. Saya juga ikut dipanggil dan dengan tidak rela, saya pun ikut berfoto bersama mereka. Sekarang saya menemukan foto itu di dalam amplop ini. Saya meminta orang untuk menunjukkan yang mana ibu saya. Saya tersentak seketika.
Yang lebih membuat saya terharu adalah di dalamnya terdapat foto kenangan- kenangan wisuda saya yang telah difotokopi. Foto itu adalah foto saya bersama teman-teman saya yang sedang mengenakan topi toga. Saya juga termasuk di dalam foto itu. Ibu saya, walaupun telah membuang saya, tetap datang mengunjungi saya. Mungkin saja ! dia juga menghadiri acara wisuda saya.
Dengan suara tenang, kepala sekolah berkata, �Kamu seharusnya berterima kasih pada ibumu.
Dia membuangmu demi mencarikanmu lingkungan hidup yang lebih baik. Jika kamu tetap tinggal di sini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada orang yang mengecap pendidikan SMU.
Lebih gawatnya lagi, jika kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu setiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi.� Kepala sekolah kemudian memanggil guru yang lain untuk menceritakan hal-hal tentang saya.
Semuanya mengucapkan selamat karena saya bisa lulus dari Universitas Guo Li. Ada seorang guru yang berkata, bahwa di sini belum ada murid yang berhasil masuk ke Universitas Guo Li.
Saya tiba-tiba tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya bertanya kepada kepala sekolah apakah di dalam sekolah ada piano. Beliau berkata bahwa pianonya bukan piano yang cukup bagus, tetapi terdapat organ yang masih baru.
Saya membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela dan saya memainkan satu per satu lagu tentang ibu. Saya ingin orang-orang tahu, walaupun saya dibesarkan di panti asuhan tetapi saya bukanlah yatim piatu karena saya memiliki para biarawati yang baik hati dan senantiasa mendidik saya.
Mereka bagaikan ibu yang membesarkan saya, mengapa saya tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu saya sendiri? Dan juga ibu saya selalu memperhatikan saya. Ketegasan dan pengorbanannya lah yang membuat saya memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang gemilang.
Prinsip yang saya tetapkan telah dilenyapkan. Saya bukan saja bisa memainkan lagu peringatan hari ibu, tetapi saya juga bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi.
Suara piano juga tersebar ke seluruh sekolah dan suara piano saya pasti berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini, penduduk- penduduk di kota kecil akan bertanya, �Kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?� Bagi saya hari ini adalah hari ibu.
Sebuah amplop yang dipenuhi tiket kereta api membuat saya untuk selamanya tidak takut untuk memperingati hari ibu.
Ini adalah sebuah kisah nyata dari rektor Universitas Ji Nan yang bernama Li Jia Tong.
Saudaraku terkasih,
�Berterima kasihlah kepada mereka yang telah membesarkan dan membimbing kita, hingga kita dewasa dan mencapai sebuah kesuksesan. Sekalipun mereka bukanlah ibu atau ayah kandung kita. Tetapi ingatlah selalu budi yang telah diberikan kepada kita, hingga kita bisa seperti sekarang ini�.
LORD JESUS bless you and me, now and forever. Amen.
Source : Hadi Kristadi-blog pentas-kesaksian